-->

Membina Keluarga Bahagia : Bagian 2 - Selesai

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Membina Keluarga Bahagia : Bagian 2 - Selesai

28 July 2022

Membina Keluarga Bahagia : Bagian 2 - Selesai

28 July 2022


 

Bekal membina rumah tangga. Kedua : makanan yang halal. Makanan seperti halnya air yang menyiram tumbuhan rumah tangga. Tanpa disiram dengan makanan yang halal, pohon kebahagiaan rumah tangga tidak tumbuh. 

Karena itu, tidak cukup bagi orang yang hendak merajut pernikahan hanya melihat calonnya kaya raya. Tapi, telusuri dari mana kekayaannya didapatkan. Jika kekayaan diperoleh dari jalan yang halal, insyaAllah kekayaan akan mewariskan keberkahan bagi rumah tangga. Sebaliknya, jika kekayaan didapatkan dari jalan yang haram, maka alih-alih bisa menuangkan kebahagiaan, yang ada justru mencetuskan penderitaan.

Ada seseorang yang terkenal kaya raya. Meski kaya, kebahagiaan tidak menyertainya. Derita menikamnya ketika mengetahui anaknya terperosok dalam sarang pengguna sabu-sabu. Anaknya sering menghisap sabu bersama teman-temannya hingga fly. 

Kesedihan terus saja menikamnya. Berbagai jalan ditempuh agar anaknya bisa kembali berada di jalan lurus. Salah satunya, dia membawa anaknya ke psikiater, namun sama sekali tak menghentikan kebiasaan menyabunya. Konsultasi ke dokter pun, hasilnya tetap nihil. 

Kemudian, sang ayah berkonsultasi pada seorang ulama yang terbilang wara' lagi zuhud. Setibanya di hadapan ulama tersebut, sang ayah menceritakan tentang nasib anaknya yang telah menguras perhatiannya. Tentu saja turut mengusik ketenangan dan kedamaian hidupnya. 

Setelah mendengarkan seluruh curhatnya, sang ulama menyampaikan bahwa keadaan yang dialami boleh jadi karena ada hak fakir yang diambil. Salah satunya zakat yang dikeluarkan—mungkin saja—di bawah batas ketentuan agama. 

Sang ayah tercengang dengan apa yang disampaikan kyai tersebut. Setelah itu, dia segera menjalankan nasihat beliau. Dia membayar zakat maal sesuai ketentuan hukum Islam yang berlaku.

Bakda nasihat kyai tersebut dilakukan, sebuah keajaiban terjadi. Anak yang semula sangat kecanduan dengan sabu, berubah tidak suka sama sekali. Bahkan, meskipun diberi secara gratis oleh temannya, dia tak bergeming. 

Memang, makanan itu penting untuk menjaga agar tubuh tetap sehat dan bugar. Tapi, makanan yang halal jauh lebih penting, karena sangat berdampak pada mentalitas seseorang. 


Ketiga : ilmu dan hikmah. Keduanya sebagai kebutuhan yang tidak kalah penting dari yang lain. Jika membangun rumah saja butuh ilmu, apalagi membina rumah tangga, tentu sangat butuh disertai dengan ilmu. 

Dalam pernikahan, seseorang sedang berinteraksi dengan makhluk yang punya akal, emosi, dan ruhani. Bukan bergaul dengan benda. Kalau benda mati, kita bisa memperlakukan apa saja sesuai dengan kehendak kita karena ia tak mungkin memberontak.

Kalau dengan manusia, kadang kita sejalan. Juga tak jarang berada di posisi bersebrangan. Mengendalikan manusia lebih sulit daripada mengendalikan binatang yang liar dan binal.  

Bakda pernikahan dihelat, maka secara otomatis terbentang bermacam tantangan di depan dirinya. Kudu siap menghadapi persoalan yang tak pernah dibayangkan. Jika persoalan meningkat, tentu saja harus diimbangi dengan ilmu yang juga meningkat.

Tanpa diimbangi ilmu, alih-alih persoalan yang menerpa keluarga bisa diselesaikan, malah bertambah parah. Bukan terurai, tapi makin semrawut.

Penting kiranya, sebelum pernikahan digelar, seorang calon pengantin membaca buku-buku pernikahan, atau mengikuti kursus pernikahan pada ahlinya. Sehingga terbentuk pandangan yang jelas bagaimana desain keluarga ke depan. Dengan ilmu, diharapkan pernikahan terkelola dengan baik. 

Tapi ilmu saja tidak cukup, perlu juga disokong dengan hikmah. Apa bedanya dengan ilmu? Jika ilmu lebih fokus pada seharusnya, maka hikmah memandu seseorang melihat dari kacamata proses. 

Artinya, kita tak bisa mengubah pasangan secara otomatis sesuai dengan yang kita kehendaki. Akan tetapi, kita harus memilin kesabaran, karena pasangan masih menyiapkan mental untuk berubah. 

Pasangan yang memang sejak kecil tak pernah mengenakan jilbab, pergaulannya juga dengan orang tak terbiasa mengenakan jilbab, tentu setelah menikahinya, seorang suami tak boleh memaksa agar sang istri langsung mengenakan jilbab. 

Seorang suami boleh memotivasi agar si istri mengenakan jilbab, tanpa harus memaksanya. Semoga kelak setelah Allah hadirkan cahaya hidayah ke relung hatinya, tanpa disuruh—dengan kesadaran sendiri—dia akan siap mengubah diri dengan penampilan muslimah yang berbalutkan jilbab. 

Hikmah sendiri tak bisa diperoleh hanya dengan belajar buku, melainkan dibentuk dengan proses mujahadah dan riyadhah yang keras. Dan siapa yang telah dianugerahi hikmah, maka dia telah menambang yang banyak. (QS. Al-Baqarah:269).


Keempat : ketakwaan kepada Allah. Takwa dilandasi kecintaan pada Allah. Cinta dilengkapi dua sayap, yakni takut (khauf) dan harap (raja’) pada Allah. Dengan kedua sayap inilah, pernikahan akan terbang menuju angkasa kebahagiaan. 

Takut pada Allah menggerakkan seseorang menjauhi segala larangan Allah. Takut jika terjebak dalam kemurkaan Allah. Iya, takut membuat kita semakin terkendali dalam menjauhi segala perkara yang tidak Allah sukai. Dengan menjauhi larangan, seseorang akan selamat dalam perjalanan. (Qs. Ar-Rahman: 46).

Lalu, bagaimana dengan raja'? Harapan menggerakkan seseorang menjalankan perintah dengan istiqamah. Jika seseorang tekun dalam melaksanakan perintah setelah menjauhi larangan, dia tak hanya memeroleh keselamatan hidup, tapi juga memperoleh cinta dari Allah. Dia memandang Allah dalam kacamata rahmah. Memang, rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya.

Dengan ketakwaan semacam itu, berarti seseorang telah memiliki sayap untuk menerbangkan rumah tangganya dalam kebahagiaan. Kakinya berpijak di bumi, tapi hatinya berkelana di langit. Menembus kebahagian yang tak bisa dilukiskan.

Dari empat kebutuhan mendasar dalam membina rumah tangga yang bahagia, yang paling inti adalah ketakwaan. 

Dengan bekal ketakwaan, orang akan bisa merasakan nikmatnya cinta pada Allah dan juga pada pasangan. Rezeki yang akan selalu dalam jaminan dalam bentuk rezeki yang tak disangka-sangka. 



Ilmu dan hikmah pun akan diperoleh melalui ketakwaan pada Allah. Meski kita tak bisa memungkiri bahwa membentuk ketakwaan tidak cukup dengan amal saja, tapi juga perlu disertai dengan ilmu.

Bahkan cinta sejati akan terbit seiring tumbuhnya ketakwaan dalam hati. Mawaddah dalam rumah tangga takkan bersemi tanpa diawali dengan takwa. (QS. Maryam: 91).

Hanya dengan bertakwa, orang akan mendapatkan pinjaman sifat al-Wadud. Lalu membentuk menjadi mawaddah.

Source:
Tulisan oleh Ustad Khaliel Anwar
Images oleh Olessya dari Pixabay
BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang