-->

Sayyidah Hajar : Pencetak Legacy Agung

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Sayyidah Hajar : Pencetak Legacy Agung

04 July 2022

Sayyidah Hajar : Pencetak Legacy Agung

04 July 2022


 


Seorang wanita yang telah mengukir warisan monumental. Disana kita menemukan mental keberanian, kesabaran, ketangguhan, dan kesanggupan menghadapi penderitaan. Juga kepatuhan yang total pada Allah. Wanita yang patuh pada suami tanpa batas. Beliau dilahirkan dari keluarga mulia, berdudukan sosial tinggi, hingga kemudian datang peristiwa yang melemparkannya sebagai budak. 

Kemuliaannya tetap bersinar hingga hari ini. Kita akan menemukan ketakjuban pada sosok wanita ini. Ketakjuban kita bukan pada keperkasaan fisiknya, bukan pula pada kecantikan yang menarik hati, bukan juga karena kedudukan sosialnya yang terus berkibar. Ketakjuban kita terhadap sosok ini tertuju pada keteguhan imannya, kedisiplinan ibadahnya, dan keindahan akhlaknya.  

Dari sosok inilah—di ribuan tahun berikutnya—lahir figur yang paling berpengaruh di dunia. Nabi Muhammad SAW. 

Meskipun dia terjebak dalam perbudakan, sinar kemuliaan tetap memancar dari ufuk jiwanya. Layaknya berlian, meski terselip di antara tumpukan sampah, tetap saja menjadi berlian. Tidak serta merta menjadi sampah.

Ditempatkannya sebagai budak tidak mengurangi dan menurunkan marwah dalam dirinya. Wanita yang sedang kita bincangkan ini adalah Siti Hajar. Di kemudian hari, beliau bukan hanya dibebaskan sebagai budak, tapi juga menjelma sebagai sosok wanita mulia sepanjang sejarah. Menjadi istri seorang Nabi, yang kemudian juga terlahir dari rahimnya seorang Nabi. Lebih menakjubkan lagi, Nabi Muhammad SAW -penghulu seluruh Nabi- masuk sebagai keturunannya. 


Ketika terkungkung sebagai seorang budak, pecahlah sebuah berita yang menggemparkan tentang hadirnya wanita cantik. Sarah Namanya. Sarah seolah telah dirancang sebagai “utusan” Allah untuk membebaskan Hajar. 

Kecantikan Sarah jadi perbincangan sejagat istana. Raja penasaran dengan wanita ini. Raja meminta agar Sarah mendatangi istana. Lebih tepatnya, dipaksa datang menghadap raja.  Di saat malam hampir larut, dia mendatangi raja disertai oleh Hajar. Disambut oleh raja dengan pengawalan yang sangat ketat. 

Karena malam sudah sangat larut, raja meminta keduanya menginap barang semalam di kamar yang sudah disediakan oleh istana.  Keduanya bergegas menuju kamar yang ditunjuk raja sembari disertai pengawal kerajaan. Keduanya melewati pintu demi pintu disertai pengawal yang berdiri tegap dan selalu siaga. 

Setibanya di sebuah kamar yang dimaksud raja, Raja telah berada di depan keduanya. Lantas, Raja—dengan lancang—hendak membuka cadar Sarah. Belum sampai menyingkap cadar Sarah, tangan raja seperti kena sengatan listrik. Seakan terbakar. Raja berteriak keras. Tangannya jadi lumpuh dan membatu. 

Dia minta maaf atas perbuatan lancangnya pada Sarah. Istri pertama Nabi Ibrahim itu pun memaafkannya, sehingga tangan raja kembali pulih dan bisa bergerak kembali.  Tapi, rupanya raja tidak juga jera, lagi-lagi dia hendak menyingkap cadar Sarah. Kedua kalinya, Raja harus merasakan tangannya seperti dibakar. Dia berteriak histeris. 

Tidak kuat menahan pedihnya siksa itu, dia kembali minta maaf pada Sarah. Sarah memaafkannya, dan dia kembali seperti sedia kala. Tangannya dia ayunkan dengan lincah.  Rupanya, raja dipenuhi ketakutan dengan apa yang barusan dia alami.

Raja memandang Sarah sebagai tukang sihir. Mengesankan sebagai pembawa petaka bagi kerajaan. Karenanya, dia disuruh segera pergi dari kerajaan, tak usah lagi berurusan dengannya. Rupanya raja sangat ketakutan dengan kejadian tersebut, sehingga menyuruh Sarah segera pergi jauh dari negaranya. Dia pun diserahi Hajar. “Aku bebaskan budak itu untukmu. Bawa dia pergi bersamamu!”, ujar Raja. 

Sarah keluar dari istana raja bengis tersebut dengan membawa Hajar. Selama perjalanan, Sarah bercerita banyak tentang Nabi Ibrahim as. Sang Suami yang paling dicintai, dan juga dicintai banyak orang. Cerita yang dibabar Sarah memahatkan keyakinan dan ketauhidan pada jiwa Hajar. 


Singkat cerita, keduanya bertemu dengan Nabi Ibrahim as. Sarah pun berinisiatif menikahkan Hajar dengan suaminya. Tanpa banyak pertimbangan, terjadilah perkawinan agung tersebut. 

Beberapa bulan berlalu setelah pernikahan dihelat, Hajar pun hamil. Dia pun harus menyusuri jalan menuju Makkah dengan membawa perut yang sedang mengandung. Makkah hanyalah padang pasir yang tandus. Tampak tidak ada kehidupan. Karena tak ada seorang pun yang bermukim di tanah tersebut. Tak lama dia tinggal di Makkah, lahirlah seorang bayi dari rahimnya. Ismail namanya.

Tentu saja kegembiraan memenuhi hatinya dan Nabi Ibrahim as. Tak berselang lama, Allah perintahkan Nabi Ibrahim as untuk kembali ke Kan’an. Melanjutkan misi dakwahnya. Sesuatu yang sangat membuatnya bersedih adalah harus meninggalkan kekasih hatinya. Yakni Hajar istrinya dan Ismail putranya yang masih bayi.

Karena perintah Allah, maka tak ada alasan bagi Nabi Ibrahim as untuk menolak. Dia pun berkemas meninggalkan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim as hendak bergegas, Hajar bertanya, “Apakah ini perintah Allah?”. “Tentu saja. Allah memerintahkan aku ke sini, dan Dia pula yang memerintahkan meninggalkan engkau dan anak kita sejenak”.

Ucapan Nabi Ibrahim as membuat Hajar lega. Dia yakin Allah akan selalu melindunginya. Sebelum beranjak pergi, Nabi Ibrahim as menyerahkan tiga bekal pada Siti Hajar untuk bertahan hidup selama berada di padang tandus itu, yakni air, kurma, dan doa. Selain itu, Nabi Ibrahim as telah menetapkan batas gerak Hajar. Dia hanya bisa bergerak antara bukit Shofa dan Marwa. Tak boleh melampaui keduanya. 


Beberapa hari ditinggal berduaan dengan si bayi membuat jiwa Hajar semakin tangguh, karena kepatuhannya pada Ibrahim as, sekaligus kepatuhan dan kebersandaran jiwanya pada Allah secara total. 

Selama di padang pasir tersebut, dia mengonsumsi air dan kurma. Akan tetapi, lambat laun seluruh bekal itu habis. Tidak tersisa sama sekali. Kecuali hanya doa : Hasbunallah wanikmal wakiil nikmal mawla wanikman nashiir.

Karena perbekalan sudah habis, sementara Ismail terus merengek dan menangis, maka Hajar pun mencari-cari air. Dia berlari-lari kecil antara Shofa dan Marwa. Meski berkali-kali lari antara Shofa dan Marwa, air tidak juga didapatkannya. Meski demikian, dia tak pernah putus asa dari rahmat Allah. Dan dia tetap mematuhi perintah suaminya. Tak boleh melampaui Shofa dan Marwa. Hingga di putaran ke 7, dia justru mendapati air itu menyembur dari tanah yang sedang dihentak oleh kaki Nabi Ismail as. 


Memang, Allah tak pernah mengecewakan orang yang bertawakkal total dalam usahanya. Hajar memang berusaha keras, tapi hatinya dipenuhi dengan kepasrahan total pada Allah. Kepatuhan, ketawakkalan, dan kesabaran yang terpintal dalam jiwa Siti Hajar telah membawa kekalnya legacy yang dia wariskan. Air zam zam hingga hari ini tidak pernah kering. Terus mengalir. Telah memberi manfaat bagi miliaran manusia. 

Bukan hanya itu, Hajar mendapatkan kemuliaan dari sisi Allah. Itulah mengapa kain Kiswah yang melapisi Ka’bah berwarna hitam, yakni sebagai bentuk penghormatan pada Siti Hajar. 

Dari situ, kita bisa belajar, bahwa seorang wanita yang patuh pada suaminya karena Allah akan lebih mudah memeroleh akses yang ‘lempeng’ untuk menjadi wanita mulia. Itulah yang didapatkan oleh Siti Hajar. Kemuliaannya tetap bersinar hingga sekarang. Legacy-nya abadi sepanjang masa. 

Image Source:

Mohamed Hassan dari Pixabay

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang