-->

Muharram Adalah Pijakan Utama (Tanamkan 5 Hal Di Muharram)

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Muharram Adalah Pijakan Utama (Tanamkan 5 Hal Di Muharram)

11 August 2022

Muharram Adalah Pijakan Utama (Tanamkan 5 Hal Di Muharram)

11 August 2022



Pertama, agar kita yakin bahwa sesuatu yang rasanya tidak mungkin menurut akal, tetap tidak mustahil bagi Allah. Itulah iman. Dalam setiap memulai perjuangan, kita hanya mengandalkan Allah SWT, bukan yang lain. Selain Dia, selalu mengandung kelemahan, yang pada akhirnya lapuk dan musnah. 

Mungkin kita tak punya relasi, tidak punya prestasi, tidak punya uang, tak ada modal, bahkan disingkirkan oleh banyak orang. Janganlah susah. Justru disana Anda ditarik agar bergantung pada Allah semata. Kaitkan hatimu selalu pada Allah dengan keyakinan yang melebur dalam rasa. “Sesuatu yang rasanya tidak mungkin menurut akal dan kebiasaan, tidak mustahil bagi Allah”. 




Rasanya tidak mungkin Nabi Nuh as selamat dari banjir bandang. Akan tetapi, dengan kuasa Allah yang luar biasa, beliau dan pengikut setianya selamat dari hantaman banjir.

Rasanya tidak mungkin Nabi Ibrahim as selamat dari api Namrud yang menyala-nyala, tapi dengan kuasa Allah, beliau selamat dari pembakaran tersebut, bahkan beliau merasa api itu sejuk. 

Kedua, berserah diri pada Allah. Keyakinan membimbing kita untuk berserah diri pada Allah. Iya, penyerahan diri kita pada Allah sangat terkait oleh kualitas keyakinan kita padanya. 

Pada mulanya kita tawakkal pada Allah. Menyerahkan sebagian urusan pada Allah. Kemudian tafwidh, menyerahkan seluruh urusan dunia akhirat pada Allah. Puncaknya taslim, menyerahkan diri yang punya urusan pada Allah. 

Dengan iman yakin, orang bisa tawakkal. Dengan iman cinta, orang menyerahkan seluruh urusannya pada Allah. Dengan iman tauhid, seseorang menyerahkan dirinya pada Allah.

Nabi Ibrahim as telah sampai pada tataran taslim : berserah diri sepenuhnya pada Allah. Bayangkan, di saat beliau berada dalam situasi yang mencekam, datanglah Jibril as menawarkan bantuan, “Wahai Ibrahim, apakah kau perlu bantuan?” 

“Kalau darimu, aku tidak butuh bantuan apapun”, respon Nabi Ibrahim. 

“Tentu saja, saya tak bisa menolongmu. Hanya Allah yang bisa menolongmu”, sahut Jibril as. 

“Allah Mahatahu apa yang kubutuhkan”, pungkas Nabi Ibrahim as.

Beliau berada dalam puncak iman. Tauhid. Berserah diri total pada Allah. Beliau tak punya keinginan kecuali keinginan Allah semata. Bersamaan dengan penyerahan diri tersebut, mendadak keajaiban pun mendatanginya. Beliau selamat dari api Namrud. 




Ketiga, keyakinan melahirkan optimisme. Sebesar apapun masalah yang menghadang. Sebanyak apapun musuh yang hendak membunuh dan menenggelamkan, tak sedikit pun optimisme dan keberanian yang telah terukir di hati mengalami defisit. Bahkan dengan ditakuti-takuti, semakin membesar volume optimisme di hati. 

Di suatu kesempatan, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat ditakuti-takuti oleh orang munafik dan orang kafir bahwa mereka dikepung dan diserang oleh pasukan sekutu yang terdiri dari beberapa kafilah kafir Quraisy. 

Demi mendengar itu, beliau dan sahabat sama sekali tidak ciut. Malah semakin bertambah imannya. Sembari merapal kalimat ‘hasbunallah wanikmal wakiil’. Menyandarkan sepenuhnya kepada Allah. 

Pada gilirannya, orang-orang Islam mencapai kemenangan. Tak seorang pun dari pasukan Islam yang tewas. Justru dari pihak musuh banyak yang tewas. Perang ini dikenal dengan perang Khondaq. Seperti disitir dalam QS. Ali Imron: 173-174.  

“Berkurang harapan saja tidak boleh”, kata guru mulia “apalagi putus harapan”.




Iya, kita harus senantiasa memupuk optimisme dan harapan yang besar. Berjiwa besar. Berjiwa pemenang. Jangan gampang ciut dan lembek kala disambar tantangan.  

“Pikiran mengajak pesimis”, dawuh guru mulia lagi, “sementara iman mengajak optimis”. 

Bahkan harapan tetap menyala, meski kesempatan tinggal satu detik. Bukankah di detik-detik terakhir, plot kehidupan kadang berubah cepat. Di luar prediksi. 




Keempat, berdoa. Sebagai jalan memupuk harapan, maka kita dianjurkan agar banyak berdoa, ‘Hasbunallah wanikmal wakiil nikmal mawla wanikman nashir’. Mengapa kita perlu berdoa? Karena doalah yang mengaitkan kita pada realiatas yang ekstralogika. Di luar nalar manusia. Terhubung dengan qudratullah. 

Iya, doa menyambungkan kita dengan qudratullah, sehingga meski kita mengamati di sana-sini ada kelemahan, maka kita tetap berdoa, sekaligus percaya datangnya kuasa Allah yang ajaib. 

Ada beberapa peristiwa kemenangan yang tampaknya secara logika tidak mungkin. Perang Badr, misalnya. Bagaimana ahlul badr yang terdiri dari 313 jumlah pasukan harus berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya hampir menyentuh 1000 pasukan. 

Tersebab doa yang dilangitkan sekaligus keyakinan yang terpahat di hati Nabi Muhammad SAW, kemenangan pada akhirnya berpihak pada pasukan Islam.




Kelima, menata niat dan tujuan. Tentu saja, selain memiliki keyakinan, kita perlu menata niat dan tujuan ke depan. Merangkai rantai rencana ke depan, tentu saja didasari dengan tawakkal total pada Allah. Karena setiap orang memiliki tujuan. Tanpa tujuan, maka perjalanan tidak terarah. 

Bayangkan, orang berjalan kesana kemari. Setelah ditanya, kamu ke mana? Jawabannya mengherankan. Saya hanya jalan-jalan. Tanpa tujuan.

Ingatlah, hidup tanpa tujuan tidak pernah menghasilkan makna dan kebahagiaan. 

Tetapkan tujuan tertinggi dalam hidup Anda. Tujuan tertinggi adalah meraih ridha Allah. Bagaimana agar seluruh rangkaian aktivitas yang kita jalani mengantarkan kita pada puncak tujuan, yakni meraih ridha Allah SWT.  


BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang