-->

Shalawat Sebagai Solusi

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Shalawat Sebagai Solusi

24 October 2022

Shalawat Sebagai Solusi

24 October 2022



Semenjak terlahir  di dunia, kita harus siap menjadi peserta ujian. Kita akan bertemu bermacam masalah, ujian, dan cobaan hidup. Jika kita pingin tanpa diiringi masalah, maka jangan hidup di dunia. Hanya orang yang berada di surga yang terbebas dari masalah. Disana yang ditemukan hanya kenikmatan. Berpindah dari satu nikmat ke nikmat lainnya. Sementara dunia tempat kita ditempa, untuk membentuk kedewasaan jiwa. 

Meski dunia didesain banyak masalah, Allah juga menyiapkan kuncinya agar kita bisa keluar sekaligus melewati masalah yang membelit secara mulus. Kunci kebahagiaan hidup adalah memperoleh rahmat. Selagi orang disertai rahmat, kehidupannya akan selalu ditemani kebahagiaan, meski dipapar oleh musibah demi musibah. 

Seperti dua sejoli yang berpadu dalam cinta kasih yang mendalam. Keduanya hidup di gubuk reot. Ketika hujan deras turun, air hujan menyapanya. Ketika terik matahari memapar, terasa panas menyengat kulit. Semua kenyataan itu dihadapi dengan penuh kebahagiaan karena didampingi oleh kekasihnya. Dia tak merasakan keadaan fisiknya, karena jiwanya sedang larut dalam dunia kekasihnya. 

Sebaliknya, tanpa kekasih, istana tak berarti apa-apa. Seperti bangunan tua yang tak berpenghuni. Pun tanpa Rasulullah, sungguh kehidupan dunia ini tidak membuat seseorang mereguk kebahagiaan. Meski hanya setetes. 

Dari situ, jika dunia sebagai tempat kita bertemu dengan masalah demi masalah, tentu saja Allah menyediakan kunci bagaimana kita keluar dari perangkap masalah. Tukang kunci tentu saja tidak hanya membikin gembok tanpa sekaligus membuatkan kuncinya. Sebagaimana setiap penyakit ada obatnya, maka tumpukan masalah yang mengantri di hadapan kita pun telah disediakan jalan keluarnya. 

Jalan keluar itu disebut rahmat. Cinta Allah. Iya, tanpa cinta Allah, maka kita akan terus saja terbelenggu dalam masalah. Kesusahan yang bertumpuk-tumpuk. Masalah yang tak kunjung selesai. Dengan cinta, mungkin saja kita tidak segera keluar dari jeratan masalah. Karena kadang Allah hendak mendaur-ulang masalah sebagai berkah. Rahmat yang susul menyusul tiada henti-hentinya. 


Jika dunia serupa gembok, maka shalawat adalah kuncinya. Kunci membawa kita dekat pada “Pencipta” masalah, yakni Allah SWT. Seperti seorang dosen ketika menggelar ujian. Dia tidak sekadar menyiapkan pertanyaan, tapi sekaligus menyediakan kunci jawaban. Cara efektif kita dekat pada Allah adalah melalui shalawat pada Sayyidina Muhammad SAW. 

Dengan Sholawat, Doa jadi Ijabah 

Menukil apa yang dipaparkan guru mulia bahwa terkait pengabulan dari Allah, maka doa terbagi menjadi dua, yakni doa mustajabah dan doa ijabah. 

Terkait doa mustajabah dipaparkan dalam ayat berikut :

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghafir [40] : 60)

Sedangkan doa ijabah disinggung dalam ayat berikut :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memeroleh kebenaran”. (QS. Al-Baqarah [2] : 186)

Doa mustajabah melalui sebuah proses—yang mungkin saja panjang. Setiap doa diterima, tapi Allah-lah yang menetapkan kapan waktunya. Berbeda halnya dengan doa ijabah, doa tersebut langsung mendapatkan penerimaan dari Allah. Mengapa langsung diterima? Karena disana terselip nama Nabi Muhammad SAW.


Meraih Ridha Allah

Ada anugerah yang paling agung, bahkan melebihi surga. Apa itu? Itulah ridha Allah. Karena itu, tujuan tertinggi seorang hamba adalah bagaimana meraih ridha Allah. Dengan merengkuh ridha Allah, berarti seseorang telah memeroleh segala-galanya. Perlu diingat bahwa amal ibadah yang kita lakukan tidak menjamin mendapatkan ridha Allah. 

Suatu kesempatan, Nabi Musa as pernah mengatakan, “Ya Tuhan, tunjukkan diriku pada perbuatan yang apabila saya kerjakan, engkau ridha kepadaku”. Allah berfirman, “Engkau tidak akan mampu mengerjakan hal itu”. Kemudian Nabi Musa as menjatuhkan diri bersujud dan berdoa. Setelah itu, Allah menurunkan wahyu : “Wahai Putra Imran, aku akan ridha apabila Engkau ridha terhadap keputusan-Ku”.

Untuk bisa menjadi orang yang ridha, orang harus bisa melampaui pikiran. Selagi masih dirongrong oleh pikiran, maka seseorang sulit untuk membentuk jiwa yang ridha atas ketetapan Allah.


Selain ridha dengan ketetapan Allah, ada cara lain meraih ridha Allah. Apa itu? Dengan banyak bershalawat pada Sayyidina Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah ra, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang menghendaki berjumpa dengan Allah dalam keadaan diridhai-Nya, maka banyaklah bershalawat kepadaku”. (HR. Dailami)

Ketika orang telah memeroleh ridha Allah, maka hatinya akan senantiasa diberi perasaan ridha, alias menerima setiap takdir yang Allah suguhkan padanya. Meski musibah susul-menyusul mamaparnya, jiwanya tetap kokoh. Dilingkupi kebahagiaan terus-menerus. Iklim di luar sama sekali tidak berdampak pada suasana batin. Karena dia telah berhasil menyetel kondisi batin yang berlimpah kebahagiaan sebab dihiasi perasaan ridha. 

Hanya orang yang mendapatkan ridha Allah yang akan tergerak hatinya untuk bersikap ridha. Dengan banyak bershalawat pada Rasulullah Muhammad SAW, orang akan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Bukankah ridha Allah adalah kenikmatan yang paling agung? Dan ketika kenikmatan agung telah menghiasi hidup kita, maka kita telah memeroleh segala-galanya. 



BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang