-->

Ketika Kebaikan Ditunda

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Ketika Kebaikan Ditunda

29 December 2022

Ketika Kebaikan Ditunda

29 December 2022



Setiap kebaikan perlu disegerakan. Jika bisa dieksekusi sekarang, lakukan sekarang. Tak usah ditunda hingga besok. Kalau bisa dilakukan pagi ini, jangan ditunda nanti sore. Karena kita tak pernah mengerti kapan ajal menjemput kita. Dengan ditundanya rencana, kita tak pernah bisa menjamin kebaikan yang kita niatkan akan terwujud. 

Kita disuruh berlomba-lomba—bersemangat—dalam menjalani kebaikan. Satu kali penundaan berdampak pada penundaan yang lainnya. Selain itu, kita tak pernah mengerti, apa niat kita tetap se-ajek di awal ketika hendak mengeksekusinya. Atau ternyata tekad kita malah goyah tersebab penundaan yang kita lakukan.

Ada sebuah kisah menarik untuk kita jadikan tempat bercermin, sehingga kita tak lagi suka menunda-nunda kebaikan.

Sepasang suami istri diberi anugerah kekayaan. Dia telah berhasil membeli rumah yang terletak di sebuah perumahan elit. Ketika mereka telah memiliki segalanya, pasangan itu memutuskan untuk daftar naik haji. Sudah lama mereka meniatkan untuk berangkat haji. Sekarang, mereka telah memandang cukup untuk berangkat haji. Hanya saja, di tengah jalan, ada seorang tetangga yang menawarkan rumahnya agar dibeli. Tentu dengan harga miring. Pasangan ini sangat tertarik dengan rumah itu. Maka mereka memutuskan untuk membelinya. Akan tetapi, jika mereka membeli rumah, uang yang sudah disiapkan berangkat haji terancam ikut terpakai. 

Mereka berembuk untuk menghasilkan keputusan terbaik. Hingga mereka memutuskan untuk membeli rumah yang ditawarkan tetangganya tersebut. Kalau dia membeli rumah itu berarti dia akan segera memiliki dua rumah di sebuah perumahan elit. Lantas bagaimana dengan rencana mereka untuk berangkat haji? Mereka sepakat menundanya. Mereka berpikir, nanti rumah itu akan dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada saat membeli. Dengan demikian, dia bisa berangkat haji. 

Akan tetapi, kenyataan tidak sejalan dengan apa yang mereka rencanakan. Ternyata selain menggunakan uang yang hendak dipergunakan untuk haji, mereka juga masih pinjam ke bank. Apa kemudian yang terjadi? Mereka terbelit masalah dengan bank. Walhasil rumahnya harus disita. Bukan hanya rumah yang mereka beli yang disita, melainkan rumah yang dia tempati juga harus ikut disita. Praktis dia tak punya rumah yang bisa mereka huni. Mereka justru menyewa rumah kontrakan. 


Sebuah kisah yang patut dijadikan bahan renungan bagi kita. Kalau kita sudah berniat untuk melakukan kebaikan, janganlah ditunda. Karena kita tak pernah tahu, apakah kebaikan itu akan bisa lakukan. Selain itu, justru Allah menghancurkan segala kemewahan yang ada, karena telah mengalihkan harta—yang sedianya dipergunakan untuk amal ibadah—pada yang lebih cenderung menghimpun kekayaan. 

Ada kisah lain yang tak kalah menarik. Seorang pengusaha yang telah mendulang kesuksesan luar biasa. Kekayaan yang ditangguknya melampaui ekspektasi. Karena kekayaannya terus meningkat, dia bernazar untuk membuat sebuah pesantren. Dia pun mencari-cari siapa kiranya figur yang tepat untuk dibangunkan pesantren. 

Setelah melalui proses seleksi, dia merasa nyaman dengan seorang kyai. Dia pun menyampaikan maksudnya pada kyai tersebut. Tentu saja kyai bergembira mendengar kabar itu. Bukan hanya dibangunkan pesantren, tapi juga dibangunkan masjid. Kyai itu diminta mencari tanah yang kira-kira layak di atasnya untuk dibangun masjid sekaligus pesantren. 

Sang kyai melakukan penyusuran dan mencari tanah yang luas. Benar saja, beliau (kyai) bersama beberapa santrinya menemukan lahan yang sangat luas untuk dibangun pesantren. Hasil pencarian lahan tersebut disampaikan pada si pengusaha. Si pengusaha sepakat dengan pilihan kyai. Si pengusaha telah membuat janji dengan kyai untuk bertemu, sekaligus menyerahkan uang pembelian tanah tersebut. 


Pada hari yang sudah ditetapkan, kyai menanti pengusaha tersebut. Ternyata di jam-jam terakhir, pengusaha itu membatalkan secara sepihak. Alasan pembatalannya adalah karena mendapat kabar bahwa sang kyai tidak sejalan dengan fikrah yang diyakininya. Pengusaha itu terbawa oleh desas-desus yang tidak tahu jluntrungan-nya. Tersebab pembatalan tersebut, tentu saja kyai merasa kecewa. Meski demikian, kyai tetap memaafkan.

Tidak berhenti disitu. Ternyata uang yang sedianya akan dipakai untuk membangun masjid dan pesantren malah dialihkan sebagai modal mengembangkan bisnisnya. Apa kemudian yang terjadi?

Tidak perlu menunggu lama, seluruh perusahaan yang sudah dia jalani ambruk seketika. Dia jatuh bangkrut. Dia terlempar ke titik nol lagi. 

Semoga kisah-kisah ini memicu kita untuk tidak menunda kebaikan, apalagi mengalihkan pada hal yang di luar niat baik kita.


BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang