Allah Menakar Segalanya
08 September 2023
Jika
kemudian Allah menimpakan musibah bertubi-tubi dan berlarut-larut pada Anda, jangan
menyimpulkannya sebagai bentuk kebencian Allah padamu. Ada orang yang
jelas-jelas kafir, sering ingkar pada Allah, namun kehidupan lahirnya baik-baik
saja. Bahkan terlihat lebih berlimpah daripada Anda. Sementara orang yang
banyak menghabiskan waktunya beribadah pada Allah serta menjalankan keseharian
dalam rida Allah, hidupnya tak kunjung menanjak. Seperti jalan di tempat.
Bahkan, tak jarang dia digempur oleh persoalan yang datang silih berganti.
Setiap
keimanan harus diuji, sehingga tak semua orang mudah mengklaim dirinya sebagai
orang beriman. Sebuah tembaga agar menjadi pedang yang tajam lagi bernas, ia
harus melewati pembakaran sekaligus penempaan berkali-kali. Melalui penempaan
tersebut, maka tembaga itu menjelma jadi pedang yang mengkilat memancarkan
kharisma.
Demikian
juga emas, tidak serta-merta jadi emas. Pasir-pasir emas itu harus diayak dan
dibakar berkali-kali, sehingga menjelma jadi emas. Batu berlian, konon katanya,
berasal dari batu yang mendapatkan terpaan sinar matahari yang begitu panas
dengan derajat yang sangat tinggi. Bertahun-tahun mengalami hal itu. Lalu, batu
tersebut menjelma jadi berlian. Berharga tinggi. Diburu oleh banyak orang.
Kalau Anda merenungi sejarah para Nabi, maka sejatinya ujian yang kita terima tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Ujian mereka jauh lebih hebat. Hebatnya ujian yang mereka lakoni telah meroketkan mereka pada derajat yang sangat tinggi. Inspirasi mereka tetap bertahan hingga sekarang. Kehebatan mereka masih tetap segar untuk dibicarakan. Bagaimana Nabi Nuh a.s dengan kesabaran yang superekstra, hingga puncaknya dihantam banjir bandang.
Beliau dengan seluruh pengikutnya diselamatkan oleh
Allah. Bagaimana Nabi Ibrahim a.s harus melampaui beragam ujian yang sangat
berat. Dia pernah dilemparkan dalam kobaran api Namrud, pernah diuji menanti
buah hati puluhan tahun lamanya, bagaimana beliau juga harus meninggalkan istri
dan anak—yang beliau nanti begitu lama—untuk melanjutkan dakwah. Terakhir,
beliau diperintah untuk menyembelih anak yang paling dia banggakan, yang diharapkan
menjadi penerus dakwah beliau. Disebutkan, 10 ujian yang mengiringi perjalanan
Nabi Ibrahim a.s. Berhasilnya beliau melampaui ujian tersebut, Allah sematkan
gelar khalilullah padanya.
Nabi Yusuf a.s
tidak kemudian ujug-ujug jadi perdana menteri yang berkibar namanya. Beliau
harus melewati ujian yang sangat getir. Bagaimana beliau dibuang lalu terlempar
ke dalam sumur kering oleh saudaranya. Lantas, beliau dibeli dan dijadikan
budak. Setelah jadi budak, beliau harus mendapati dirinya meringkuk di penjara.
Setelah menjalani kehidupan yang pahit tersebut, baru beliau diangkat dalam
kedudukan yang sangat mulia baik secara duniawi atau secara spiritual. Kisah
Nabi Yusuf a.s disebut sebagai sebaik-baik kisah (ahsanal qosos) yang
diangkat oleh Al-Qur’an.
Intinya,
ujian paling getir dialami oleh para Nabi dan yang memiliki kedekatan derajat
dengan para Nabi. Seperti kalangan wali Allah.
Merenungi
perjalanan para Nabi Saw, kita bisa memungut kesimpulan bahwa orang akan
mendapatkan ujian setara dengan iman yang tertanam dalam dirinya. Jika kemudian
ada orang diterpa masalah yang sangat besar, berarti iman yang tertancap di
hatinya juga sangat kokoh. Bahkan, ujian sebagai kode cinta dari Allah. Semakin
besar cinta Allah pada seorang hamba, maka Allah akan mengujinya. Sehingga
hamba itu semakin fokus menghadapkan hatinya pada Allah.
Kedua,
setiap ujian telah ditakar oleh Allah. Tidak ada ujian yang ditimpakan pada
kita kecuali sudah diperkirakan dosisnya oleh Allah. Allah tidak pernah salah
dalam menimpakan ujian. Iya, ketika kita menghayati kalimat subhanallah,
tentu saja takkan terlintas di pikiran untuk menyalahkan Allah terkait ujian
yang menerpa kita. Allah menimpakan ujian, karena Allah memandang kita kuat menjalani
dan melewatinya.
Pemahaman
ini membimbing kita agar tak mudah frustasi apalagi putus asa dengan bertumpuk
ujian yang menimpuk kita. Kita selalu percaya bahwa di setiap kesulitan yang
menghadang, Allah akan membukakan dan membentangkan banyak sekali kemudahan.
Bahkan keberkahan hidup. Allah—juga—tidak menuntut kita menyelesaikan masalah. Allah
hanya menyaksikan bagaimana kita menyikapi masalah. Anda perlu yakin bahwa
ujian itu telah ditakar oleh Allah. Bukan hanya berfungsi untuk menguji
kapasitas kita, tapi juga menaikkan derajat kita, dan bahkan menghapus
dosa-dosa.
Kalau Anda
bisa menyikapi dengan sikap terbaik, maka menjadi alarm naik kelas jiwa.
Iya, bagaimana mungkin seseorang tiba-tiba naik kelas tanpa melewati sebuah
ujian. Apa yang kita sukai tersembunyi dibalik yang tidak kita sukai. Memang,
ujian tidak disukai, tapi kenaikan kelas disukai semua orang. Kalau Anda ingin
merasakan manisnya kesuksesan, kau harus siap menerima getirnya kegagalan.
Nanti, Anda akan tahu bahwa kegagalan—tak jarang—menjadi penyebab kesuksesan
seseorang. Lebih penting daripada itu, adalah kenaikan kelas seseorang.
Jadi, tidak ada ujian yang overdosis yang membuat orang kemudian harus limbung dan tumbang. Selagi didasari keyakinan bahwa Allah telah mengukur segalanya, maka di setiap ujian, pasti Allah telah menyiapkan jalan keluar terindah. Yang membuat kita semakin takjub pada Allah. Dari situ, kita akan menyadari bahwa hidup hanya menjalani peran dan skenario Allah.
0 comments