Dialah Kegembiraan Semesta
22 September 2023
Anda mungkin dipenuhi imajinasi bagaimana gambaran situasi ketika Nabi
Muhammad Saw dilahirkan? Apa respon dari orang-orang sekitarnya? Kita menelusur
seribuan tahun yang lalu. Beliau adalah sosok yang tidak hanya ditunggu oleh
manusia, tapi juga dinanti kelahirannya oleh seluruh alam. Kelahirannya
disertai dengan cahaya yang menyebar ke seluruh kota.
Semua orang penduduk terkesiap, apa yang terjadi. Apalagi, ketika malam
itu tiba, api Majusi yang ribuan tahun tidak pernah padam, malam itu mendadak
padam. Bahkan Balkon milik Kisra runtuh seketika. Mereka semua bertanya-tanya
apa gerangan yang terjadi? Nabi Muhammad Saw adalah ikon kebenaran. Ketika
kebenaran telah datang, maka ikon kebatilan runtuh lalu lenyap. Seluruh
kekuatan yang dibanggakan oleh umat manusia sebatas kekuatan yang semu. Karena
semuanya akan menemui masa kerapuhan, dan lenyap ditelan zaman.
Kesemuanya bergembira kecuali orang kafir dan iblis. Mereka tak mau melihat wajah Nabi Muhammad Saw. Allah pun ikut bergembira karena kekasih-Nya sudah mengada dalam bentuk fisik, bukan sebatas cahaya. Beliau dilahirkan sebagai kekasih Allah Swt. Melalui beliau, Allah menemukan kegembiraan raya. Bagaimana orang bisa merengkuh kebahagiaan? Kebahagiaan baru bisa direngkuh ketika seseorang telah bertemu, bersitatap, dan bergandeng tangan dengan kekasihnya. “Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi dan Aku senang untuk dikenal.
Maka Kuciptakan makhluk agar supaya Aku dikenal”. Bagaimana cara Allah
memperkenalkan keindahan, kemuliaan, dan ketinggian-Nya? Tentu saja, Allah
perkenalkan melalui makhluk yang paling dicintai-Nya serta dimuliakan-Nya.
Dialah Nabi Muhammad Saw.
Allah menyanjung Nabi Muhammad dengan setinggi-tinggi sanjungan. Kalau
Anda menaruh kagum pada Nabi Muhammad Saw, tentu saja kekaguman itu diarahkan
pada Allah SWT. Seperti halnya, seorang yang memuji lukisan, sejatinya yang
dipuji bukan hanya lukisan, tetapi secara tidak langsung juga memuji
pelukisnya. Pencipta penghulu semua manusia adalah Allah, maka tentu saja
dikala kita begitu terpesona dengan keluhuran budi Nabi Muhammad, sejatinya itu
ekspresi keterpesonaan kita pada Allah Swt.
Hubungan Allah dan Nabi Muhammad bagaikan hubungan matahari dan
rembulan. Kalau Anda menatap rembulan, tentu saja matamu akan silau, bahkan
bisa buta karena tak kuasa menatap bola matahari. Akan tetapi, kalau Anda
menatap rembulan, tentu Anda akan bisa berlama-lama menyaksikan rembulan.
Sadarilah, rembulan tidak berdiri sendiri. Bahkan ia tak punya cahaya sendiri.
Rembulan sekadar pantulan dari cahaya matahari.
Allah terang-benderang. Saking terangnya, Anda tak bisa melihatnya. Seperti kaca jendela yang begitu bersih, tiba-tiba ada burung yang melewati ruangan, dan dikiranya tak ada kaca, maka burung itu menabrak kaca lalu terjatuh. Atau seperti Ratu Balqis yang berjalan menuju istana Nabi Sulaiman. Ketika dia tiba di kolam yang ditutup dengan kaca yang bening, maka dia mengangkat bajunya, takut terkena air.
Dia tersipu malu ketika tahu bahwa
ternyata dia berada di atas kaca yang bening. Allah tak bisa dilihat—karena
justru membuat mata silau. Seperti halnya Nabi Musa a.s tatkala menuju Gunung
Tursina untuk berdialog dengan Allah. Beliau terkejut, bahkan pingsan, ketika
melihat api yang begitu besar, sekaligus menatap Allah. Pandangannya tak kuat
menatap Allah.
Kalau Anda hendak mengenal Allah, maka kenali Sayyidina Muhammad Saw.
Telusuri perjalanan hidup beliau, seksamai keindahan akhlak yang menghiasi
hidup beliau, simaklah sirahnya bagaimana beliau berbicara, menyapa seseorang,
dan sebagainya. Disana Anda hanya akan melihat keindahan saja. Karena itu, tak
ayal Nabi Muhammad Saw selalu berada di peringkat teratas sebagai orang yang
berpengaruh di dunia. Bukan hanya manusia yang memuji Allah, bahkan Allah telah
memujinya sebagai sosok yang berakhlak agung.
Berakhlak dengan Akhlak Allah
Beliau bukan hanya sebagai penebar kasih sayang bagi sekelompok orang,
atau sebuah golongan saja, tetapi beliau juga hadir sebagai penebar rahmat bagi
seluruh alam. Jika Allah sebagai Tuhan seluruh alam, maka Nabi Saw berposisi
sebagai penebar rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah wakil Allah untuk
menyalurkan dan menyebarkan kasih sayang-Nya.
Karena itu, kelahirannya bukan hanya membuat orang Arab yang senang,
melainkan seluruh manusia beriman, malaikat, seluruh binatang, pepohonan,
matahari, rembulan, dan segala yang berada di semesta juga ikut bergembira
menyambut kelahiran beliau. Bahkan Allah pun sangat gembira dengan
kelahiran-Nya, karena beliaulah satu-satunya insan yang Allah pilih sebagai
distributor tunggal rahmat-Nya. Bahkan seluruh kebaikan Allah tercurah pada
Sayyidina Muhammad Saw.
Beliau Saw adalah sosok yang tak pernah menyimpan kebencian, apalagi
dendam pada siapapun. Bagaimana ketika beliau dilempari batu oleh Bani Thaif,
sampai beliau berdarah tumitnya. Lalu, malaikat penjaga gunung menawarkan untuk
menimpakan gunung pada mereka. Namun, apa respon Rasulullah Saw? “Aku berharap
dari sulbi mereka lahir orang-orang yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan
tidak berlaku syirik pada-Nya”. Bahkan dipungkasi dengan kalimat, “Ya Allah,
berikanlah hidayah kepada kaumku (mereka melakukan itu) karena sesungguhnya
mereka tidak tahu”.
Sebuah akhlak yang begitu tinggi dan menawan.
0 comments