Nyala Cinta Sahabat pada Nabi Muhammad SAW
29 September 2023
Tidak ada umat yang lebih baik daripada masa Nabi Muhammad Saw. Berarti,
tidak ada orang yang paling besar cintanya pada Nabi Muhammad melebihi cinta
dari para sahabat beliau. Tentu tersimpan rasa penasaran di dalam hati,
bagaimana gelora cinta sahabat pada Nabi Muhammad Saw. Bukankah cinta inilah
yang menyambungkan dan menggabungkan seseorang dengan sosok yang dicintainya?
Manusia—yang dipandang—sangat dekat dengan Nabi Muhammad Saw adalah Abu
Bakar Ash-Shiddiq ra. Beliau telah mengerahkan semua tenaga, sekaligus mencurahkan
seluruh hartanya untuk membantu dakwah Nabi Muhammad Saw. Bukan sebatas tenaga
dan harta, bahkan beliau mengorbankan jiwanya.
Sekelumit kisah Abu Bakar yang memantik keharuan yang begitu mendalam. Adalah
ketika ayah Sayyidah Aisyah ini menemani Nabi Saw dalam perjalanan Hijrah ke
Madinah. Tentu saja, peristiwa hijrah itu bukan perkara yang sepele, karena
beliau harus hijrah dari sebuah kaum yang makin berani menantang dakwah, bahkan
bertekad untuk membunuh Nabi Muhammad Saw.
Orang kafir Quraisy telah mengumpulkan beberapa pemuda tangguh sebagai
utusan dari setiap kafilah dengan satu misi, yakni menghambat perjalanan hijrah
manusia yang luhur ini, bahkan sampai tujuan menghabisi beliau. Setelah tahu
bahwa Rasulullah Saw berlalu dari mereka yang sudah semalam melingkari dan
mengawasi rumah Nabi, mereka segera bergerak mengejar Nabi Muhammad dan Abu
Bakar.
Singkat cerita, Nabi bersama sahabatnya tiba di Gua Tsur. Demi menghilangkan
jejak, sekaligus bersembunyi dari mereka, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq memeriksa
Gua Tsur sebagai tempat persembunyian. Sebelum beliau Saw masuk, sahabat
karibnya ini memeriksa dan memastikan Gua Tsur bersih dari segala macam bahaya.
Setelah dipastikan aman, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah Saw masuk.
Bakda masuk ke dalam gua tersebut, dikisahkan, Rasulullah Saw tidur di
pangkuan sahabat yang dermawan ini. Akan tetapi, seekor ular tiba-tiba
menerobos lubang gua tersebut. Mengetahui ada ular yang hendak masuk, maka Abu
Bakar ra segera menutup lubang tersebut dengan kakinya. Apa yang terjadi? Ular
tersebut menyambar dan mematok kaki Abu Bakar. Beliau terus bertahan, tidak
bersuara sama sekali, dengan harapan Rasulullah Saw tidak bangun dari tidurnya.
Karena saking lamanya menahan rasa sakit, keringat mengucur di dahinya,
sehingga keringat itu menetes tepat di wajah Nabi Muhammad Saw. Terbangunlah
Rasulullah Saw, “Ada apa wahai sahabatku?”, tanya beliau. “Kaki saya dipatok
ular, ya Rasul”, jawab Sayyidina Abu Bakar r.a. Rasulullah Saw dengan tangkas
mengolesi tempat dipatoknya ular tersebut dengan ludah beliau.
Kisah lainnya tentang Sayyidina Abu Bakar. Ketika beliau telah mendapat risalah berdakwah secara terang-terangan. Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang pertama yang melaksanakan perintah tersebut. Beliau memilih berdakwah di sekitar Ka’bah. Tempat dimana orang-orang berkerumun. Ketika beliau sedang menyampaikan risalah kebenaran, maka Abu Bakar tiba-tiba mendapatkan pukulan yang sengit dengan menggunakan bakiak.
Abu Jahal-lah yang
telah melayangkan pukulan tersebut. Sehingga Abu Bakar ash-Shiddiq pun pingsan.
Berjam-jam lamanya beliau pingsan. Setelah siuman dan sadar, apa kalimat
pertama yang terlontar dari lisan beliau? Beliau hanya bertanya tentang keadaan
Rasulullah Muhammad Saw. Dia sama sekali tak menanyakan—bahkan tak
peduli—tentang keadaan dirinya. Yang ditanyakan hanya tentang keadaan Rasulullah
Saw.
Meski orang di sekitarnya menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad Saw dalam
keadaan baik dan aman, sosok—yang kelak diangkat sebagai khulafaur rasyidin—
ini tidak merasakan ketenangan hingga bisa bertemu dan melihat Rasulullah Saw
secara langsung. Diantarlah Sayyidina Abu Bakar ke tempat dimana Rasulullah dan
sahabat sedang berkumpul. Ketika sudah bertemu Nabi Saw, maka seolah seluruh
lelah dan rasa sakitnya tidak terasa sama sekali. Kegembiraan raya meluapi
jiwanya.
Bilal Bin Rabah, sosok yang juga dekat dengan Nabi Muhammad Saw. Setiap kali datang waktu shalat, maka adzan dari Bilal bin Rabah bergema, memekarkan kebahagiaan di hati Nabi Muhammad Saw. “Istirahatkan kami, wahai Bilal!”, demikian perintah Nabi pada Bilal bin Rabah. Setelah Rasulullah Muhammad Saw wafat, maka Bilal bin Rabah berpindah dari Madinah ke Syam. Suatu saat, beliau bermimpi Rasulullah Muhammad Saw.
Dalam mimpi tersebut, Rasulullah Saw menyapa beliau, mengapa tidak berkunjung ke Madinah. Maka Bilal bergegas ke Madinah. Setibanya di Madinah beliau bertemu dengan Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khattab. Keduanya memohon pada Bilal untuk mengumandangkan adzan untuk memanggil kembali kebersamaan dengan Nabi Muhammad Saw. Namun Bilal enggan menjalankan permintaan dua sahabat Nabi tersebut. Sehingga datang di hadapannya, dua anak muda, yang Rasulullah menggelari keduanya sebagai pemuda di surga, yakni Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein Radhiyallahu anhuma.
Keduanya membujuk Bilal bin Rabah untuk adzan. Ringkas cerita, Bilal mau
memenuhi permintaan kedua cucu Sayyidina Muhammad Saw. Ketika kumandang adzan
bergema, memenuhi seantero Madinah, semua penduduk Madinah terkesiap, seolah
kerinduan meloncat-loncat dari jiwa mereka. Rindu pada Nabi Muhammad Saw.
Bahkan sebagian mereka sampai berpikir, Rasulullah Saw hidup lagi. Semua orang
keluar dari rumah masing-masing, sembari berbondong menuju masjid Madinah.
Ketika adzan terus bergema, tentu banyak sahabat yang mengingat kembali
kebersamaan mereka dengan Sayyidina Muhammad Saw. Hanya saja ketika adzan sudah
tiba pada asyhaduanna muhammadarrasulullah, suara Bilal bin Rabah
tiba-tiba tercekat, dan kemudian pingsan. Pingsan karena saking rindunya pada
Sayyidina Muhammad Saw.
Saya juga suguhkan kisah cinta Khalid bin Walid pada Sayyidina Muhammad
Saw. Bagi Khalid bin Walid, Rasulullah Saw adalah manusia yang paling istimewa
dalam hidupnya. Segala hal yang terkait dengan beliau Saw adalah istimewa.
Termasuk rambut Nabi Muhammad Saw.
Khalid bin Walid, dalam perang Yarmuk yang sengit, tiba-tiba dia
melemparkan tubuhnya dari kudanya, sembari mencari-cari sesuatu. Ternyata yang
dicarinya adalah serbannya yang jatuh. Ada apa dengan serban itu, sehingga
beliau rela berada di dalam kondisi yang sangat membahayakan? Ternyata di dalam
serban itu ada rambut Rasulullah Saw. Beliau tidak mau rambut Rasulullah Saw
yang mulia diinjak-injak oleh kuda musuh. Itulah cermin kecintaan sahabat pada
Rasulullah Saw.
Tentu masih banyak kisah lainnya tentang kecintaan sahabat pada Nabi yang bisa kita angkat dan tuliskan. Semoga kisah-kisah ini menyuntikkan kecintaan kita pada Sayyidina Muhammad Saw. Selama-lamanya.
0 comments