Heart Wiper
15 December 2023
Dalam kondisi hujan yang sangat deras,
mobil yang dikendarai Doni terus melaju kencang. Bersamaan dengan hujan yang
deras, kaca muka mobil tak henti-hentinya bertimbulan air. Pemandangan di depan
nyaris tak terlihat. Doni pun mengaktifkan wiper untuk membersihkan air
yang memenuhi kaca, sehingga pemandangan di depan tampak terang lagi. Dan tentu
saja mobil bisa melaju kancang, tanpa merasa terganggu dengan hujan yang deras.
Pada dasarnya hati manusia selalu
melihat kebenaran terpampang di hadapannya. Akan tetapi, karena banyaknya debu
yang menyambar hati hingga menumpuk menjadi tebal, hati tak bisa lagi melihat
segala sesuatu yang terbentang di depannya. Tidak berhenti disitu, lambat laun
dihinggapi penyakit, perasaan gelisah mendera, rasa susah juga menyergap, dan
penderitaan senantiasa membelenggu. Sampai pada titik, hati berada dalam stress
yang semakin dalam, dan kian berujung pada atmosfer ke-putus-asa-an.
Lantas bagaimana membersihkan hati yang
sedang diselimuti oleh kotoran ini? Tentu saja bukan hanya perlu dipikirkan, melainkan
juga perlu mengambil langkah tegas dengan menyusun konektivitas jiwa dengan
Allah. Karena tidak ada yang bisa membersihkan jiwa kecuali Allah Swt.
Terhubungnya jiwa dengan Allah sangat berperan efektif untuk membersihkan dan
menjernihkan hati. Kemudian, apa saja jalan efektif untuk membersihkan hati?
Pertama, lakukan muhasabah. Saking padatnya kesibukan yang dijalani, sehingga seseorang lupa untuk istirahat, menengok dirinya sendiri. Dia tak tahu, disana ada penyakit yang harus disembuhkan, ada kotoran yang harus segera dibersihkan. Kadang, karena sudah terlambat membersihkan, kotoran itu terlalu tebal nan mengerak, menjadi sulit untuk dibersihkan. Agar kotoran itu tidak sampai tebal dan berkarat, kita harus meluangkan waktu untuk melakukan muhasabah, menengok, menelusur, dan menjelajah ke dalam diri sendiri.
Jika kita temukan keburukan melekat di relung hati, segera kita
bersihkan dengan istighfar. Iya, istighfar sebagai cara ampuh untuk menghapus
debu-debu kesalahan yang menempel di hati. Tentu saja, bukan hanya istighfar
yang bersifat verbal, tapi juga perlu disertai dengan hati yang penuh sesal.
Istighfar tumbuh dari kesadaran, betapa lemahnya diri ini, sehingga tanpa
pertolongan Allah tidak mungkin bisa menetapi jalan kebaikan.
Harits Muhasibi, dikisahkan selalu meluangkan waktu sebelum tidur untuk mengoreksi keadaan dirinya, seperti seorang pedagang yang menghitung laba-rugi di malam hari. Apa kiranya kebaikan yang kita lakukan sepanjang hari, lalu kuncilah dengan semangat syukur alhamdulillah. Jika kemudian, dia temukan kesalahan di sana-sini, maka dia beristighfar. Mohon ampun dengan penuh penyesalan, sembari disertai dengan tekad untuk tidak mengulangi lagi.
Muhasibi menghitung keburukan yang dilakukan
di siang harinya. Setiap dia temukan satu keburukan, dia tandai dengan satu
kerikil. Dengan demikian, di rumahnya didapati bertumpuk-tumpuk kerikil. Setiap
kerikil adalah caranya menghitung kesalahan yang dilakukan di masa lalu.
Kedua, berpuasa. Puasa merupakan jalan
efektif untuk menguatkan daya kendali dalam diri, agar senantiasa berada di
jalan yang Allah ridhai. Manusia kadang menghendaki berada dalam kebaikan, tapi
hawa nafsunya sering mendorong, menggiring, dan menggoda manusia agar berada di
jalan yang menyimpang, bahkan menyesatkan. Agar hidup kita terkendali, dan tak
lagi dikendalikan hawa nafsu, maka kita harus mendidik hawa nafsu agar jinak,
dan tak lagi memerankan diri sebagai tuan dari seluruh kehidupan kita.
Puasa dipandang sebagai jalan efektif untuk mengendalikan hawa nafsu. Kebutuhan manusia yang utama adalah makan-minum. Jika kita sering memenuhi keinginan nafsu, maka dia akan mengeluarkan tuntutan yang lebih besar. Iya, hawa nafsu tidak pernah merasa cukup. Selalu kurang dan kurang. Dengan mengosongkan perut, badan terasa lemah, keinginan pun menciut. Anehnya, dorongan melakukan kebaikan menjadi lebih kuat.
Memang, ketika perut sering
kosong alias puasa, insya Allah cahaya akan mudah memasuki hati. Keinginan pun
akan terkendali. Bukankah yang membikin orang terjerat penderitaan, dan hati
dihinggapi kotoran adalah karena telah sesak dengan keinginan? Iya, makin
meruyak keinginan, penderitaan semakin mencengkram.
Ketiga, membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an
mengandung cahaya. Setiap kali kita membaca Al-Qur’an, apalagi disertai dengan
tadabur, maka kita sedang mengakses cahaya ke dalam hati. Ketika cahaya Al-Qur’an
telah menjalar dan meresap, kelapangan akan sangat terasa memenuhi hati. Kalau
hati kita penuh dengan kotoran, maka datangilah dan bacalah Al-Qur’an, maka
segala kotoran itu akan dibersihkan pula oleh Al-Quran. Kalau Anda sedang
gelisah, maka segeralah baca Al-Quran. Insya Allah kegelisahan yang menerpa
akan menjauh.
Keempat, Qiyamul Lail. Qiyamul lail merupakan
jalan efektif untuk membersihkan hati. Lagi-lagi shalat malam merupakan cara
mengendalikan hawa nafsu. Nafsu—sebenarnya—ingin tidur, tapi karena cintanya
pada Allah, dia memilih untuk bangun, menghadap pada Allah dengan penuh
khawatir dan harap. Keduanya menyertai ibadah karena adanya cinta. Khawatir
jika terpisah dari Allah, dan berharap selalu dekat bahkan mesra dengan Allah.
Qiyamul lail bukan hanya efektif membersihkan hati, melainkan juga berdampak
pada beratnya bobot kata-kata yang diucapkan.
Kelima, bersahabat dengan orang shalih. Sahabat itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Mereka yang menorehkan sejarah dalam kehidupan kita. Kita adalah tercermin dari siapa sahabat kita. Kalau kita berada di circle orang shaleh, semoga kita dimasukkan dalam golongan orang shaleh pula. Biasanya, kalau ketemu orang shaleh yang ikhlas, kita seolah berteduh dengan pohon yang rindang. Sangat teduh sekali.
Ketika
kita terus bergesekan dengan orang shaleh, maka dengan sendirinya kita akan
mengikuti pola kehidupan mereka. Bagaimana mereka berkata, berbuat, dan
bersikap. Iya, sahabat itu sangat menular tabiatnya pada kita. Kalau kita
bersahabat dengan orang baik, insya Allah kebaikan pula yang akan menjalar
kepada kita. Insya Allah.
0 comments