-->

Buat Apa Kita Hidup?

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Buat Apa Kita Hidup?

05 January 2024

Buat Apa Kita Hidup?

05 January 2024



Hidup hanya sekali, lalu mati. Apakah kita akan dikenang sebagai orang baik, atau ternyata orang mengenang kita sebagai sosok yang buruk? Tak sedikit diantara kita yang menjalani kehidupan dengan santai saja, tanpa mengetahui untuk apa Allah memberi kita hidup.

Karena tidak memahami tujuan hidup, maka kita membiarkan hidup dikendalikan oleh keinginan-keinginan kita. Mengidentikkan diri dengan keinginan. Karena kita menuhankan keinginan, maka semakin kesini, bukan kebahagiaan yang kita raih, melainkan seperti melintas dari satu derita ke derita lain. Keluar dari kegelapan, lalu masuk ke ruang kegelapan yang lebih pekat.

Kalau binatang, bisa dimaklumi. Binatang hidup, lalu mati. Tak ada ruang pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang dilakukan. Binatang terbebas dari segala tuntutan. Tak salah jika binatang terus bergerak memenuhi satu keinginan ke keinginan yang lain. Hidupnya berhenti di dunia. Tidak mereguk indah atau pedihnya kehidupan akhirat. Surga dan neraka tidak menampung binatang, kecuali binatang yang telah ditetapkan sebagai penghuni surga.

Tentu, pada hakikatnya, manusia berbeda dengan binatang. Manusia adalah makhluk yang memiliki tujuan, juga pencari makna hidup yang sejati. Ketika kita telah menemukan tujuan dan makna sejati, kita akan dibanjiri kebahagiaan tak terkira. Demi mengetahui tujuan hidup, tentu kita harus merujuk kalam dari Zat yang menciptakan manusia. Dialah yang Maha Mengetahui, untuk apa manusia diciptakan.

Manusia diciptakan untuk menyembah Allah. Ayat yang menegaskan ini sudah sangat terang terbabar dalam Al-Qur’an. Ketika manusia hadir secara sungguh-sungguh sebagai penyembah Allah, maka dia telah meraih tujuan Allah menciptakannya. Karena ketika tulus beribadah, insya Allah kebahagiaan akan selalu terserap ke dalam hati. Tentu beribadah tidak hanya dipahami sebagai gerakan fisik, tapi juga perlu disertai dengan kesadaran sebagai hamba. Lantas, bagaimana agar ibadah yang kita jalani bisa membuahkan kebahagiaan di hati?

Pertama, zikrullah. Pepohonan hidup, binatang juga hidup, manusia pun hidup. Pohon merasakan panas dan dingin, basah dan kering. Sementara binatang bukan hanya merasakan basah-kering, halus-kasar, pahit-manis, tapi ia juga merasakan sedih dan gembira. Sementara manusia, selain merasakan apa yang bisa dirasakan oleh binatang, manusia juga memiliki rasa yang identik. Yakni damai. Selagi kita belum merasakan kedamaian, sesungguhnya kita belum benar-benar hidup sebagai manusia, masih menetap di manusia yang berjiwa binatang -bergembira ketika mendapat nikmat dan bersedih ketika diterpa musibah.

Kita membiarkan hidup dikendalikan oleh realitas yang bertebaran di luar. Lantas, bagaimana agar kita sanggup mereguk damai -sebuah esensi rasa yang terpendam dalam diri? Kita hanya mengingat Allah. Dikala kenyataan menerpa, janganlah berhenti pada kenyataan, tapi ingatlah siapa yang menciptakan kenyataan. Mengingat kenyataan membuat kita bisa tertarik dalam keadaan gembira dan sedih, atau senang dan susah.

Akan tetapi, ketika tertuju pada Yang Maha Meluncurkan kenyataan -Allah Swt, maka semua kenyataan bukan hanya menghasilkan kebahagiaan, tapi juga menyusupkan kedamaian, yakni sebuah rasa yang tak bisa digambarkan. Ketika mendapat nikmat, ingatlah Allah yang penuh kasih sayang, maka terbit rasa syukur yang mendalam. Syukur, tentu saja membuahkan rasa damai. Karena dalam syukur, kita mengingat Allah. Dikala kita terpapar musibah, lagi-lagi kita mengingat Allah dengan sabar. Karena sabar merupakan ekspresi ingat pada Allah, maka kesabaran juga menuangkan kedamaian ke dalam hati.

Allah Maha Damai, mengajak hamba-Nya menuju hidup yang berlimpah kedamaian. Meraih hidup di atas hidup. Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 24 :

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan”.

Hati baru merasakan hidup ketika terjalin konektivitas dengan Allah Swt lewat zikir. Dari sini, kita memahami bahwa perumpamaan orang yang berzikir dan orang yang tidak berzikir adalah bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati.

Jadi, jika menghendaki kehidupan di atas hidup, maka hendaknya kita selalu berzikir kepada Allah. Menyadari kehadiran Allah. Ketika hati kita selalu diisi zikrullah, jiwa kita akan selalu hidup dan dilumeri rasa damai. Sebaliknya, jika hati tidak mengingat Allah, berarti kita telah membiarkan diri terperangkap dalam kesempitan. Adakah orang yang bisa mereguk kedamaian dalam kesempitan? Tentu tidak ada. Orang yang terkurung di ruang yang gelap, meski ruang itu luas, tetap saja merasa sempit. Menyemburkan ketakutan.

Kedamaian hanya diperoleh ketika kita selalu berdekatan dengan Yang Maha Damai, dengan cara berzikir. Dan tentu merasa diingat Allah selalu. Jika kamu mengingat Allah, maka Allah mengingatmu. Bahkan sejatinya tanda bahwa Allah ingat pada Anda adalah Anda jadi ingat pada Allah. Dan mengingat Allah adalah perkara yang sangat besar.

Jika seseorang mengiringi hidupnya dengan zikrullah, maka dia akan merasakan surga sebelum surga, karena hidupnya seperti dituntun dari satu kedamaian ke kedamaian berikutnya.

Kedua, bersyukur. Bersyukur adalah masa ketika sudah berbuah. Bahwa kebahagiaan bukan hanya dirasakan sendiri, tapi juga berdampak, berimbas, dan menular pada orang lain. Dia benar-benar hadir sebagai khalifah yang bisa mengekspansi kebahagiaan. Dikala orang bersyukur, dia tidak hanya merasakan kedamaian, tapi juga didatangi perasaan puas. Ada kelegaan batin yang tak bisa digambarkan.

Bayangkan, ketika Anda mendapati seseorang yang sedang terhimpit masalah, lantas dia mengutarakan masalah yang dihadapinya pada Anda, tentu saja hati Anda merasa terenyuh, empati, dan tergerak menyelesaikan masalah yang menerpanya. Lalu, dengan sekuat tenaga, kau membantunya keluar dari masalah, bahkan mengubah kehidupan yang sempit menjadi lapang, sehingga tersungging senyum indah penuh kebahagiaan darinya. Jika mulanya dia ditindih masalah sehingga terus menangis, kini masalah itu telah hilang dengan datangnya solusi dari Anda, sehingga berubah menjadi senyuman. Anda melihatnya tersenyum, tentu saja Anda seperti dimasuki kebahagiaan yang tak tergambarkan.

Ketika Anda bersyukur kepada Allah, tentu saja Allah mengaruniakan tambahan -tambahan kebaikan setelah kebaikan. Bahkan nikmat lahir itu tidak berhenti sebagai nikmat lahir, tapi bertransformasi sebagai nikmat batin. Kepuasan yang tak terkatakan. Kalau Anda sedang didera kesedihan, maka berikan apa yang kau punya pada orang yang membutuhkan, mungkin berupa uang. Dengan kau menyingkirkan kesedihan yang memasung orang lain, maka kesedihan Anda pun akan tersingkir dan lenyap dari hati dan berganti menjadi kebahagiaan. Karena Allah menolong seorang hamba selagi ia menolong saudaranya.

Dari paparan di atas, kebahagiaan itu mengandung dua. Diraih dari jalur sebagai hamba dengan selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan dan bisa juga diperoleh melalui jalur khalifah dengan cara bersyukur pada sesama. Ketika Anda bisa menjalani keduanya dengan tulus, maka Anda akan lahir sebagai kekasih Allah -sosok yang memeroleh cinta khusus dari Allah.

 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang