Dahsyatnya Shalawat
30 September 2024
Bagi orang yang gandrung pada shalawat, tentu berbeda keadaan hatinya dibanding orang yang tak pernah bershalawat. Hatinya akan lebih bersinar, lebih lapang, dan menampung kebahagiaan. Shalawat menjadi ajaib, karena kita memanggil nama Rasulullah Saw, namun yang mendatangi relung jiwa kita adalah Allah Swt. Bukankah Rasulullah Saw adalah kekasih Allah? Allah dan kekasihnya tak bisa dipisahkan. Dimana Anda menempatkan kekasih-Nya, Dia pun ada disana. Jika Anda meletakkan Rasulullah Saw jauh di relung hatimu terdalam, maka Allah akan bersinggana disana.
Guru saya mentamsilkan hubungan Allah dan Kekasih-Nya, -Nabi
Muhammad Saw, seperti sepasang burung merpati. Burung merpati menjadi modelling
dalam membina kesetiaan. Bayangkan, ketika merpati betina dikurung di tempat
yang sangat jauh, sementara merpati jantan dibawa ke tempat yang jauh, lalu
dilepas, maka merpati jantan ini akan terus mencari hingga mendapatkan sang
pujaan hatinya. Keduanya tak bisa dipisahkan. Merpati benar-benar teladan
kesetiaan. Kita kadang terharu dengan kesetiaan merpati ini.
Ingatlah,
Rasulullah Saw adalah kekasih Allah. Tak ada yang membuat bergetar dari debu
dan arsy melebihi disebutnya nama Nabi Muhammad Saw. Bahkan, kalau Anda ingin
tahu siapa nama agung (ismul a’dham), sebuah nama yang menunjukkan pada
Allah Swt? Tiada lain kecuali Nabi Muhammad Saw. Kalau Anda memanggil
Rasulullah Saw, dalam bentuk mengirimkan vibrasi shalawat pada Nabi Saw, maka
Allah akan datang. Ketika kau sebutkan dengan hati, maka Allah datang ke relung
hati kita. Sinyal yang Anda rasakan adalah kebahagiaan. Kegembiraan yang
meluap-luap.
Banyak
menyebut nama Nabi Muhammad Saw, yakni bershalawat, sangat bergantung pada
kualitas cinta kita pada beliau. Semakin besar cinta kita pada beliau, maka
makin sering kita banyak bershalawat pada beliau. Sadarilah, siapa kiranya yang
paling mencintai Sayyidina Muhammad Saw? Tidak ada yang mencintai beliau
menandingi cinta Allah Swt pada beliau. Iya, Allah adalah Zat yang paling
mencintai Rasulullah Saw. Buktinya apa? Allah yang justru terdepan bershalawat
pada Nabi Muhammad Saw melebihi siapapun.
Allah
tegaskan bahwa Dia dan dan malaikat-Nya bershalawat pada Nabi Muhammad Saw.
Bukan sekadar bershalawat, tapi terus-menerus bershalawat. Tanpa jeda
menghadiahkan shalawat pada Nabi Muhammad Saw. Lantas, setelah menegaskan itu,
Dia memerintahkan orang-orang beriman untuk ikut bershalawat pada Nabi Muhammad
Saw.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad Saw. Wahai orang-orang beriman
bershalawatlah kalian pada Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan
kepadanya”. (QS. al-Ahzab: 56)
Jika seluruh ajaran syariat
yang kita jalani, tunaikan, dan tegakkan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw,
maka shalawat justru dicontohkan oleh Allah Swt. Dan, sekali lagi, tidak ada
zat yang paling besar cintanya pada Nabi Muhammad melebihi daripada Allah Swt.
Bukan hanya itu, Allah bahkan
berjanji akan meninggikan sebutan Nabi Muhammad. Tentu tidak ada manusia yang
bisa menandingi popularitasnya daripada Nabi Muhammad Saw.
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
“Dan
meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu”. (QS. asy-Syarah: 4).
Dua ayat di atas menegaskan bukti kecintaan Allah pada Sayyidina Muhammad. Allah senantiasa bershalawat—tanpa jeda—pada kekasih-Nya. Juga akan terus menaikkan namanya. Tentu tidak ada yang paling popular, dan paling sering disebut namanya melebihi daripada Sayyidina Muhammad. Mungkin Anda mencintai ayah, ibu. Meski Anda sangat mencintai keduanya, berapa kali Anda menyebut nama keduanya? Sementara kita, sebagai muslim, saban hari tidak pernah meninggalkan menyebut nama Kanjeng Nabi Saw.
Setiap adzan berkumandang kita mendengar namanya
disebut, dan kita yang mendengarkan menjawab dengan kalimat yang sama. Saat
iqamat kembali disebut. Ketika shalat, kembali namanya disebut. Bahkan, shalat tidak
sah, jika tidak disertai shalawat pada Nabi Muhammad Saw.
Selain
kita mendukung “gerakan Allah” meninggikan sebutan Nabi Muhammad Saw, maka kita
terus gerak menggaungkan nama Nabi Muhammad. Dari seringnya kita menyebut nama
Nabi Muhamma Saw, hati akan tergerak untuk mendalami tentang akhlak Nabi yang
begitu agung.
Selain
itu, bukankah kita disuruh berakhlak dengan akhlak Allah. Sementara Allah
senantiasa bersalawat, tanpa jeda, pada Rasulullah Saw, maka kita sekuat
mungkin memperbanyak shalawat pada Nabi Muhammad Saw. Jika kita senantiasa bershalawat
pada Nabi Muhammad, berarti kita sefrekuensi dengan Nabi Muhammad Saw. Iya,
shalawat sebagai jalan efektif untuk menjalin kesamaan frekuensi hamba dengan
Allah. Bahkan sefrekuensi dengan seluruh semesta. Bukankah semesta juga
bersalawat pada Nabi Muhammad Saw?
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ
فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلٰكِنْ لَّا تَفقَهُوْنَ
تَسْبِيْحَهُمْ اِنَّه كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
“Langit yang tujuh, bumi,
dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada
sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya, tapi kalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Isra’: 44).
Kesemuanya bertasbih pada
Allah, berarti bershalawat pada Nabi Muhammad Saw. Jika demikian, kalau Anda ingin
menjalin harmoni dengan Allah, selaras dengan sesama, serta selaras dengan
semesta, maka penting kita merekatkan dengan shalawat pada Nabi Muhammad Saw.
Jika Kau Tahu Keutamaan
Shalawat
Bayangkan shalawat yang kita
langitkan tidak akan pernah ditolak Allah. Allah tidak melihat kita yang
bershalawat, tetapi siapa yang kita sebut namanya. Yang disebut namanya adalah
kekasih-Nya.
Saya teringat kisah Siti Zulaikha yang memendam cinta pada Yusuf. Ketika terbuka tabir cintanya pada Yusuf, dia harus merana karena dijauhkan dari Yusuf. Sehingga datanglah takdir yang merenggutnya. Dia tak bisa mengelak ditinggal wafat oleh suaminya tercinta. Semua aset yang ditinggal suaminya, dia jual.
Setelah terjual semuanya, dia
telah menggenggam uang yang begitu banyak. Dipergunakan untuk apa uang
tersebut? Dia “mangkal” di perempatan jalan sembari membuat tenda. Pada setiap
orang yang hilir-mudik di jalan tersebut, dia bertanya tentang kabar Yusuf.
Iya, dia ingin sekali mendengar tentang kabar Yusuf. Setiap orang yang
mengabarkan tentang Yusuf, maka dia memberi hadiah uang. Dia tidak berpikir,
apakah pemberi kabar tersebut berkata jujur atau dusta. Asalkan setiap orang
mau menyebut nama Yusuf, dan mengabarkan keadaannya, langsung dia beri uang.
Karena disebut nama Yusuf saja sudah bisa menjadi pelipur lara bagi Siti
Zulaikha.
Allah Swt sangat mencintai
Rasulullah Saw. Tentu sangat senang jika sosok yang dicintai disebut-sebut.
Bayangkan, setiap kita bershalawat, Allah membalasnya dengan sepuluh shalawat.
Satu shalawat dari Allah sudah cukup mendulang kebaikan sempurna di dunia dan
akhirat, apalagi sepuluh shalawat, apalagi seratus, apalagi seribu shalawat,
dan lebih banyak daripada itu. Tentu kebaikan demi kebaikan akan terus meluapi
kita.
Selain mendatangkan kebaikan
demi kebaikan, shalawat juga bisa menangkal keburukan datang pada kita. Jika
kita sering bershalawat, maka kita dijauhkan dari segala bentuk penderitaan.
Penderitaan serupa dengan kegelapan. Sementara bershalawat, mendatangkan Nabi
Muhammad Saw, serupa dengan cahaya. Kalau Anda sedang dicekam dengan kegelapan,
maka hadirkan cahaya, insya Allah kegelapan akan terusir.
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا
كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Allah
sekali-kali tidak mengazab mereka selama engkau (Nabi Muhammad) berada di
antara mereka, dan Allah sekali-kali tidak mengazab mereka selagi mereka
memohon ampun”. (QS. Al-Anfal: 33)
Artinya, bahwa orang yang
menghadirkan Rasulullah Saw dengan bershalawat, insya Allah akan selalu
diliputi kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan, tapi juga mendapatkan kedekatan
dengan Allah Swt. Insya Allah.
0 comments