-->

Mengenang Nabi Muhammad di bulan Maulidnya

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Mengenang Nabi Muhammad di bulan Maulidnya

09 September 2024

Mengenang Nabi Muhammad di bulan Maulidnya

09 September 2024


Tidakkah Anda bergembira ketika di depan Anda terhidang menu super lezat, dan Anda diizinkan menikmati sepuas Anda? Tentu saja Anda gembira. Tidakkah Anda bergembira, jika kemudian seseorang yang Anda kenal kaya menelpon Anda, dan dia mau menyerahkan mobil mewahnya pada Anda? Tentu saja Anda gembira. Tidakkah Anda gembira, ketika sudah menanti seorang jodoh dalam hitungan tahun, lalu tiba-tiba ada sosok yang benar-benar sejalan dengan kriteria dan bersedia menikah dengan Anda? Tentu saja gembira. Tentu saja banyak pemantik kegembiraan yang bertebaran di sekitar kita.

Dengan bermacam sarana penggembira tersebut, kita sudah sepatutnya bersyukur. Mengapa bersyukur? Sebab, tanpa rahmat Allah, kita takkan bisa menyerap berbagai macam nikmat tersebut. Ketahuilah, segala nikmat yang “ditebar” pada kita semata-mata sebagai karunia dari Allah. Bukan karena, apalagi dianggap semata-mata, usaha kita. Demikianlah, respon Nabi Sulaiman a.s atas seluruh nikmat yang telah diperolehnya, “Ini adalah anugerah dari Tuhan-ku”.

Semua nikmat mengundang rasa syukur tak berkesudahan. Karena rasa syukur terus membuncahi jiwa, bukan hanya nikmat itu ditambah oleh Allah, tapi nikmat itu juga bisa mengukir kebahagiaan yang makin meluas di dalam dada.

Sadarilah, seluruh nikmat yang Allah curahkan di bumi ini belum apa-apa. Bukan apa-apa ketimbang karunia dilahirkan kekasih-Nya. Kelahirannya merupakan hadiah terbesar bagi kita. Karunia ini tidak hanya berdampak pada kebahagiaan hidup kita di dunia, melainkan berlanjut sampai di akhirat. Nabi-Nabi serta umat terdahulu, sebagian telah mengenal tentang Nabi Muhammad Saw. Namun sebatas mengenal sebagai hakikat manusia. Belum mengenal sebagai manusia sejarah yang telah mengukir kehidupan dengan tinta emas. Karena beliau diutus sebagai Nabi Terakhir.

Secara Nur Muhammad Saw, mereka mungkin merasakan bahwa kesemua kehidupan dari debu sampai arsy tumbuh melalui bibitnya. Tak kurang, Nabi-Nabi terdahulu sangat memimpikan bertemu dan menjadi umat Nabi Muhammad. Karena mereka tahu, betapa dekatnya sosok ini dengan Allah Swt. Beliau diciptakan sebagai hadiah terindah. Bukan hadiah terindah yang diberikan pada semesta, namun karena beliaulah semesta ini diciptakan. Kalau tidak karena Nabi Muhammad Saw, maka semesta, Adam, surga tidak Allah ciptakan.

Ketika Anda telah masuk dalam rengkuhan Islam, menjadi Umat Nabi Muhammad Saw, maka Anda telah mendulang karunia di atas karunia. Tidak pantas lagi bagi Anda bersedih karena urusan sepele dari kehidupan duniawi ini. Karena karunia ini lebih baik dari apapun yang dikejar-kejar dan dikumpulkan oleh manusia berkait urusan duniawi.

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)

Hanya orang yang mengerti sebuah harga berlian yang akan menyimpannya rapat-rapat di kotak tertutup. Mungkin diberi pengamanan berlapis-lapis, sehingga tak ada orang yang bisa mencurinya. Tapi, orang yang tak mengerti harga berlian, ia ibarat anak kecil. Dia menyamakan berlian dengan kelereng yang biasa dibuat mainan. Karena tak mengerti harganya, maka berlian akan dibuang percuma oleh anak tersebut. Hanya yang mengerti harganya, maka berlian itu akan digenggam erat, tidak boleh sampai lepas, apalagi berpindah tangan.    

Begitu juga dengan Nabi Muhammad Saw. Beliau kumpulan dari segala keindahan di dunia. Keindahan rembulan akan tertunduk malu di hadapan keindahan beliau. Dia lebih berharga daripada apapun dari kehidupan dunia ini. Bahkan, sekali lagi, semesta mengalami penampakan oleh karena Nabi Muhammad Saw.

Jika kita mengerti ini, kita akan terus bahagia, dalam kondisi apapun, asalkan kita “bernaung” di bawah panji ajaran Nabi Muhammad Saw. Seorang kyai berpesan kepada anak-anaknya. “Wahai anak-anakku, bagaimana keadaanmu? Jangan terlalu bersedih. Bergembiralah karena kalian telah menjadi umat Nabi Muhammad Saw”.

Ketika Nabi Muhammad Saw lahir, maka kita telah mendapatkan hadiah beliau secara utuh secara ruh dan jasad. Secara jasad, beliau Nabi terakhir yang diutus oleh Allah, tetapi secara ruhani beliau Nabi pertama yang Allah ciptakan. Beliau sudah ada sebelum Nabi Adam diciptakan Allah. “Aku sudah menjadi Nabi ketika Adam antara air dan tanah”.

Kenapa Harus Bergembira?

Pertama, Rasulullah Saw sebagai rahmat bagi seluruh alam. Turunnya Al-Qur’an sangat kita muliakan. Sebagai bentuk syiar memuliakannya, dikemaslah kegiatan bernama Peringatan Nuzulul Qur’an. Ketahuilah, Al-Qur’an hanya jadi rahmat bagi orang beriman. Kegembiraan orang beriman saja. Sementara di luar orang beriman; yakni orang fasik, orang munafik, apalagi orang yang mengingkarinya, Al-Qur’an tidak hadir sebagai rahmat. 

Bahkan hanya mendatangkan kerugian. Jika kita begitu mengagungkan turunnya Al-Qur’an yang jelas-jelas rahmatal lil mukminin, bagaimana kita tidak memuliakan lahir (turun)-nya Nabi Muhammad Saw yang notabene beliau adalah rahmat bagi seluruh alam.

Iya, bukan hanya orang beriman saja yang gembira dengan lahirnya beliau. Seluruh alam raya diharu biru oleh kegembiraan penuh gegap gempita dengan kelahiran beliau. Beliau lahir tidak hanya sebagai cahaya maknawi yang memancar memenuhi relung hati orang-orang beriman, tapi juga mengundang datangnya cahaya lahir. Karena beliau lahir saat subuh, lalu memancarlah cahaya matahari pagi.

Rasulullah tidak diutus hanya kepada orang beriman. Tapi diutus pada seluruh manusia, bahkan seluruh alam. Sehingga kerahmatan Rasulullah Saw merambat pada seluruh alam.

Kedua, melalui beliaulah memancarlah seluruh nikmat. Tentu Anda bergembira menyambut setiap nikmat. Bahkan nikmat itulah yang sering memantik kegembiraan dan kebahagiaan kita. Mungkin Anda telah mendulang bermacam kenikmatan antara lain : nikmat keberadaan, nikmat rezeki, nikmat ilmu, nikmat jodoh, hingga nikmat agama. Segala macam nikmat, sadarilah, mengalir melalui Nabi Muhammad Saw. Beliau Saw pernah mengemukakan, “Akulah yang membagikan-bagikan nikmat, sementara Allah yang memberikannya”.

Karena itu, jika Anda bersyukur telah berhasil merangkum bermacam nikmat, maka bersyukurlah melalui siapa nikmat itu mengalir. Karena tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur pada orang yang jadi fasilitas mengalirnya nikmat tersebut.

Bukan hanya bersyukur karena beliau sebagai jalan mengalirnya nikmat Allah, melainkan beliau juga sebagai Abul Arwah (ayah ruhani) dari seluruh manusia. Sementara Nabi Adam dikenal sebagai Abul Basyar (ayah manusia). Jika kepada ayah kita bersyukur, lebih-lebih kita seharusnya bersyukur kepada ayah ruhani. Jalan kita bersyukur pada ayah ruhani, Sayyidina Muhammad Saw, maka kita perlu terus-menerus meningkatkan bacaan shalawat kita pada Nabi Muhammad Saw. 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang