Teladani Rasulullah Muhammad Saw
23 September 2024
Andaikan Anda terkesima dengan keindahan rembulan, dan tidak pernah membosankan Anda. Bayangkan, jika Anda berada di hadapan Rasulullah Saw yang keanggunan wajahnya jauh melebihi rembulan. Rembulan itu bisa terbit dan terbenam, akan tetapi keindahan Rasulullah Saw tidak pernah terbenam. Bahkan, keindahan rembulan turunan dari keindahannya. Anda terpikat oleh keindahan dan semerbak bunga yang bermekaran di taman. Sadarilah, bunga yang indah dan mewangi itu pada saatnya akan layu, dan wanginya memudar. Akan tetapi, keindahan dan wangi Nabi Muhammad tidak pernah tertelan oleh waktu.
Meski kita belum pernah berjumpa beliau, setiap kali kita bershalawat,
dan setiap kali menyebut-nyebut namanya, seolah di hati sedang berhembus bau
harum mewangi. Sebuah keindahan tak terperikan, sekaligus tak tergambarkan.
Kalau kita menyimak sejarah perjalanannya, kita seolah menghirup harum semerbak
di setiap tangkai kalimat yang tertulis. Seolah kita tidak mau beranjak dari
membacanya. Tenggelam dalam keindahan yang belum kita temukan di zaman kita.
Saking indahnya akhlak Rasulullah Saw, seolah beliau adalah tokoh imajinatif.
Karena tak ada satu pun manusia yang bisa menandingi keelokan akhlak beliau.
Saking indahnya seolah fiktif, padahal nyata.
Rasulullah Saw adalah manusia sempurna. Saking sempurnanya seolah dia
diciptakan sesuai dengan apa yang beliau kehendaki. Karena beliau dihadirkan
sebagai manusia sempurna, lantas apakah kita telah menempatkan beliau sebagai
teladan? Keindahan akhlak, bahkan, melampaui malaikat. Malaikat terkagum-kagum
dengan akhlaknya yang agung.
Kita tak memilih beliau sebagai teladan terbaik, jika hati kita tidak
dikuasai cinta pada beliau. Bukankah dengan mencintainya, kita akan terpikat mengikuti
secara lahir dan batin. Dan hanya ketika kita telah terpaut, melebur, dan
mengalami identifikasi diri dengan Rasulullah Saw, kita akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup? Lantas apa saja yang kudu kita hubungan dan satukan,
secara frekuensi, dengan Nabiyuna Muhammad Saw?
Ketika cinta telah menyusup juga memenuhi hati kita pada beliau, kita akan mengikuti tiga hal.
Pertama, surah. Yakni mengikuti penampilan beliau.
Ketika Anda terpesona dengan pemain sepak bola. Membuat Anda jatuh cinta
padanya. Tentu saja Anda tidak hanya sering membicarakan dia, bukan hanya
sekadar mencari tahu seluk-beluk tentang dia, bahkan hal-hal yang paling remeh
temeh tentang kehidupannya pengin kita kuak. Anda terbawa arus untuk mengikuti
penampilannya. Mungkin kita lihat bagaimana potongan rambutnya, kita akan
terpacu untuk meniru gaya rambutnya. Kita koleksi kaos-kaos yang bergambar dia.
Kita sangat bangga meniru kehidupan sang idola. Iya cinta selalu membawa kita
untuk menyerupainya.
Jika Anda mendapati Rasulullah Saw sering mengenakan jubah, membalut
dirinya dengan serban, kalau Anda benar-benar jatuh hati, maka Anda meniru
pakaian Rasulullah Saw. Kenapa harus meniru cara berpakaian, bukan itu sangat
bergantung pada budaya setempat? Kita punya gaya berpakaian sendiri, tak usah
meniru-meniru gaya berpakaian orang Arab. Sebenarnya bukan meniru gaya
berpakaian orang Arab. Akan tetapi, karena orang yang terpaut hatinya pada
Rasulullah Saw dalam cinta, maka dia akan selalu berusah berpenampilan seperti
Rasulullah Saw.
Adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw bernama Abdullah bin Umar. Disebutkan beliau salah satu binaan Rasulullah di majelis Ahlus shufah. Dia mengenal betul bagaimana keseharian Rasulullah Saw karena dia sering berinteraksi dengan beliau Saw. Ketika Rasulullah Saw wafat, kerinduan seolah bergolak dan mendesak-desak dada Abdullah bin Umar.
Dia ingin sekali
menapaktilasi segala hal yang dilakukan Rasulullah Saw. Dia meniru betul
bagaimana Rasulullah Saw berpakaian, bagaimana beliau duduk, bagaimana Rasulullah
berjalan, bagaimana Rasulullah berbicara. Semuanya ingin ditampilkan secara
sempurna oleh Abdullah bin Umar. Tidaklah
Abdullah bin Umar menjalani itu kecuali karena cinta yang sangat berat pada
Rasulullah Saw.
Kedua, Sirah. Kalau Anda telusuri keseluruhan hidup Rasulullah Saw dakwah. Tidak ada kesia-siaan yang melekat di dalam perjalanan hidup Rasulullah, semuanya bernilai dakwah. Patut ditiru oleh siapapun yang melihat dan merekamnya. Beliau berdakwah tidak hanya dengan ucapan yang terang-benderang, tapi juga mengunggulkan akhlak dan hikmah. Justru dengan akhlak inilah banyak menarik orang lain ke dalam dekapannya. Bagaimana Sayyidina Umar bin Khottab yang semula berdiri tegak sebagai musuh Rasulullah Saw, lalu tiba-tiba luluh hatinya di hadapan Nabi dikarenakan keindahan yang akhlak yang memancar dari beliau Saw.
Bagaimana seorang tua buta yang tak bisa
memandangi keelokan wajah Nabi Saw, hanya karena mendapatkan balasan kasih
sayang dari Nabi atas perangainya yang buruk, justru dia dengan diiringi rasa
haru bersyahadat di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq. Seluruh hidup Rasulullah
benar-benar difokuskan untuk dakwah. Ketika bersama keluarga beliau berdakwah,
sembari menghadirkan contoh yang indah dan jernih. Ketika bersama para sahabat,
setiap gerak-gerik beliau menarik perhatian setiap orang, membuatnya
mengaguminya. Memang, akhlak beliau sangat menyentuh dan mengubah semua
orang. Singkatnya, jalan Rasulullah Saw
adalah jalan dakwah.
Karena itu, jika kita mengaku mencintai Nabi Muhammad Saw, maka kita semua harus terpanggil untuk berperan dalam dakwah. Dakwah bukan hanya tugas ulama, kyai, dan asatidz. Semua umat Islam berperan untuk melakukan dakwah sejalan dengan tingkatan ilmu yang dimiliki. Bagi yang sudah bisa mengaji al-Qur’an dengan lancarlah, berdakwahlah dengan cara mengajari orang lain membaca al-Qur’an. Bagi yang telah menguasai ilmu fiqh, maka kemudian mengambil peran dakwah dengan mengajarkan fiqih.
Jika ilmu agama tidak mumpuni, karena
diberi kelebihan kekayaan materi, maka berdakwahlah dengan berkiprah
mendermakan harta untuk keberlangsungan dakwah. Mungkin Anda ditempatkan
sebagai orang yang memiliki pengaruh, atau jabatan, di masyarakat, maka
berdakwahlah dengan jabatan tersebut, memuluskan jalan bagi dari para dai untuk
berdakwah di masyarakat. Tengoklah, bagaimana dahulu Wali Songo berhasil menyebarkan
Islam dengan sangat cepat. Mereka bisa menggapai keberhasilan dakwah luar
biasa, karena bisa bersinergi dengan para raja. Jika Anda tidak punya ilmu,
tidak punya pengaruh, juga tidak punya harta, Anda bisa gunakan tenaga untuk
membantu dakwah. Jika tenaga juga tidak ada, berdoalah untuk kelancaran dakwah.
Banyak cara kita berdakwah tidak harus berada di atas podium.
Ketiga, sarirah. Point ini sangat penting, karena berkait dengan
akhlak. Bukankah Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia? Agama diturunkan, Rasul
diutus, dan al-Qur’an diwahyukan tidak ada lain tujuannya kecuali agar lahir
akhlak yang mulia. Iya, kalau Anda menanam pohon mangga, tentu saja tidak
berhenti untuk melihat besarnya pohon mangga. Akan tetapi, kita berharap kelak
pohon itu akan menghasilkan buah mangga yang lebat, ranum, dan manis. Siapa
yang mengaku mencintai Nabi Muhammad Saw, tentu saja akan tergerak untuk
berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad Saw. Tengoklah bagaimana akhlak
Rasulullah Saw pada keluarganya, pada sahabatnya, bahkan pada orang yang
jelas-jelas membenci dan mencelakai beliau.
Anda mungkin pernah menyimak di antara perjalanan dakwah Rasulullah. Di
suatu kesempatan, ketika Rasulullah Saw berada di medan laga Uhud. Umat Islam,
saat itu, berada dalam kondisi tercepit. Bahkan, Rasulullah Saw terancam dalam
bahaya. Tiba-tiba ada sebuah baja menghantam wajah Nabi Muhammad Saw, sehingga
wajah beliau berdarah, sementara gigi beliau tanggal. Melihat kondisi Nabi Saw
yang terancam, mendadak para sahabat merangsek mendekati Nabi Saw, sembari
menjadi perisai bagi Nabi Muhammad Saw. Salah seorang sahabat mengutarakan pada
Nabi Saw, “Ya Rasulullah, mengapa kau tidak mengutuk mereka?” Apakah kau mau
tahu jawaban Nabi ketika dilontari pertanyaan tersebut.
“Aku tidak diutus untuk melaknat, tapi aku diutus untuk menebar rahmat,”
tegas Nabi Muhammad Saw.
Bayangkan, pada orang kafir saja Rasulullah Saw tidak melaknat atau mengutuk, apalagi kepada sesama muslim. Tentu kita berkaca pada Nabi Muhammad Saw agar tidak mudah melaknat siapapun. Karena sejatinya agama diturunkan untuk menebar rahmat.
0 comments