Pernikahan Mengukir Surga
28 October 2024
Di hari Ahad, tanggal 22 Oktober 2024, saya mendatangi pernikahan marbot sebuah masjid. Dia bukan sembarang marbot, tapi juga memiliki suara enak didengar, bacaan Al-Qur’annya bagus, ditambah lagi, dia hafal beberapa juz dalam Al-Qur’an. Meski dia sudah kehilangan dua sayap dalam hidupnya, kedua orang tuanya, dia tetap teguh menumbuhkan sayap melalui jiwa kemandiriannya. Dengan langkah merangkak, tertatih, lalu berjalan, kadang berlari, mengejar masa depan yang terus-menerus dihangatkan dalam jiwanya.
Dia tidak mau berhenti hanya sebagai qori’ yang bersuara bagus, tapi dia juga ingin menapaki langkah menjadi seorang dai, diharapkan ilmunya menyebar luas. Meski belum mendapatkan panggung sampai hari ini, kemauan itu tidak pernah padam. Yang saya suka dari sosok ini, setiap bertemu orang selalu ingin belajar. Menempatkan setiap orang yang ditemui sebagai sosok yang layak dikagumi. Setiap orang merasa dihargai olehnya.
Meski dia tidak mendapatkan sokongan dari siapa-siapa, dia berusaha membangun masa depan dengan kemandirian yang dibangun bertahun-tahun. Dia sangat yakin bahwa boleh semua orang yang dia cintai meninggalkan dia satu persatu. Bahkan menjauhinya. Akan tetapi, di relung kesadaran terdalam terpahat keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah menjauh apalagi meninggalkannya. Ketika orang yang meminta pertolongan pada makhluk, boleh jadi terselip kekhawatiran, karena makhluk selalu menyimpan kelemahan dan keterbatasan dibalik kemampuan yang sering didemonstrasikan.
Keyakinan itu membuatnya bisa mengantarkannya ke bangku perguruan tinggi. Dia mengenyam pendidikan kampus hingga dia lulus. Setelah lulus, dia ingin mengakhiri masa lajangnya dengan segera. Dia hunting jodoh dengan berbagai cara, asalkan sholehah tak jadi masalah. Perjuangannya mencari jodoh bukan perjalanan biasa, penuh dengan tantangan, mungkin sempat menciptakan luka di hati. Akan tetapi, dia segera move on, segera memulihkan rasa sakit yang menderanya. Pada akhirnya, dia menemukan impian hatinya. Perempuan yang ditaksir bukan orang biasa, karena dia telah hafal Al-Qur’an 30 Juz.
Ahad kemarin, dia menikah. Saya melihat wajah keduanya sumringah, tak bisa dilukiskan. Polesan sederhana yang mengelilingi pernikahan sampai resepsinya tertelan oleh kemegahan mereka berdua. Semua orang hanyut dan tenggelam dalam kebahagiaan keduanya. Terlihat keduanya menampilkan sebuah pernikahan yang sangat megah. Kebahagiaan mereka berdua tak bisa disembunyikan bahkan menyebar pada semua undangan yang hadir dalam perhelatan tersebut. Saya pun ikut merasakan vibrasi kebahagiaan yang dia tularkan.
Saya didapuk untuk mengiringinya, sekaligus menyerahkannya pada keluarga istrinya, sekaligus menyampaikan nasihat pernikahan singkat untuk keduanya. “Kalau kalian semua ingin melihat senyum surga, lihat kedua mempelai yang sedang berada di pelaminan ini”, kata saya.
“Senyum keduanya menyihir kita semua. Yang belum menikah, ingin segera menikah. Dan yang sudah menikah, mungkin ingin nambah”, canda saya.
“Meski kita belum masuk surga, hanya membayangkan, mungkin seperti ini senyum ahli surga”, lanjut saya.
Memang, pernikahan itu membina surga di bumi, asalkan mengikuti syarat-syaratnya. Kita tidak hanya dibukakan peluang merasakan surga di akhirat, bahkan di dunia kita dibentangkan kesempatan merasakan surga, melalui kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, berlimpah rahmah. Allah tegaskan bahwa orang yang takut dengan kedudukan Tuhannya akan mendulang dua surga, yakni surga di dunia dan surga di akhirat.
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚ
“Bagi siapa yang takut dengan keagungan Tuhannya akan mendapatkan dua surga”. (QS. Ar-Rahman : 46)
Surga di dunia bisa kita rasakan dalam kehidupan rumah tangga yang berhias ketakwaan. Cukup dengan bertakwa, kita bisa membangun rumah tangga surgawi.
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي
“Apabila seorang hamba menikah maka sungguh telah menyempurnakan separuh agama, maka bertakwalah untuk separuh sisanya”. (Hadist)
Ketahuilah, ketika agama telah sempurna dalam kehidupan kita, maka kita merasakan buahnya. Apa buah agama? Buah agama adalah kebahagiaan. Sebuah kondisi surga yang menghiasi hati kita. Dan itu hanya didapatkan dengan ketakwaan kepada Allah.
Karena itu, maka kita dianjurkan juga mencari jodoh berdasarkan agama atau ketakwaannya. Siapa yang memilih karena ketakwaannya, maka hidunya akan diatur oleh Allah Swt. Adakah pengaturan Allah yang tidak sempurna? Tentu saja akan sempurna. Bukankah dalam sempurna pengaturan itu, kita akan mendapatkan kebahagiaan.
Pelajaran Bagi Kita
Jika kehidupan rumah tangga terus didera masalah, bahkan menjelma menjadi neraka, kita tak usaha menyalahkan siapa-siapa, akan tetapi kita harus berani mengoreksi diri kita sendiri. Mungkin saja ketakwaan belum tumbuh dalam hati kita. Bukankah ketakwaan akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi?
Adalah seorang pemuda sowan kepada Syaikh Mutawalli as-Sya’rawi. Pemuda ini mengungkapkan keadaan hidupnya yang acak-acakan, kehidupan rumah tangganya berantakan, dan keadaan ekonomi yang sedang di titik terendah. Bermacam masalah bertumpuk pada dirinya. Dia datang dengan maksud memperoleh solusi dari Syaikh. Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi tidak berkata banyak. Beliau hanya menekankan agar memperbaharui kehidupannya dengan takwa.
Pemuda ini mengikuti dengan patuh dan tulus nasihat yang disampaikan oleh Syaikh. Dengan membangun ketakwaan dalam dirinya, maka perlahan-lahan segenap masalah yang menjeratnya terurai satu per satu, dan akhirnya dia bebas dari masalah. Mungkin masalah selalu ada, tapi sama sekali tidak bisa meredupkan kebahagiaan yang telah memancar di dadanya.
Dari kisah tersebut, kita bisa memetik pelajaran, hiasi kehidupan rumah tangga dengan takwa, insya Allah surga akan datang mengisi kehidupan kita.
Setelah saya menyampaikan nasihat pernikahan tersebut, saya masih terbawa bahagia bukan oleh ceramah yang saya sampaikan, tapi dari keadaan kedua mempelai yang sungguh bahagia. Kondisi bahagia terbawa sampai saya pulang ke rumah. Keduanya bukan hanya tahu tentang bahagia, bukan hanya mengalami kebahagiaan, tapi telah menjadi kebahagiaan itu sendiri. Sehingga setiap orang yang memandangnya menyerap kebahagiaan dari keduanya.
0 comments