Akhlak Rasulullah
22 September 2025
Anda
tentu ingin mereguk kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati yang tak lagi
bergantung ruang dan waktu. Akhlak tidak terkait dengan trending, dan viral.
Karena dia merupakan nilai-nilai eternal yang selalu berharga sepanjang masa.
Meski waktu terus berjalan, era terus bergulir, bahkan kecenderungan generasi
telah berubah total, akhlak tetap menjadi rujukan tentang ketinggian derajat
seseorang.
Adalah orang kaya, telah menggapai prestasi yang cemerlang dari berbagai bidang. Akan tetapi, akhlaknya jeblok, karena dia telah menghiasi dirinya dengan kesombongan yang amat, maka derajat orang itu akan terjun ke bawah. Tidak ada nilainya sama sekali. Adalah seorang yang telah mendulang pengaruh yang begitu memukau. Jika disertai dengan akhlak yang luhur, kebahagiaan pun menguat dari relung hatinya. Iya, makin mulia akhlak seseorang, makin besar pula kebahagiaan yang akan dirasakan.
Anda tentu sudah mengetahui, siapa orang yang paling tinggi dan
luhur akhlaknya? Jawaban kita sama: Rasulullah Muhammad Saw. Bukan hanya kita
umatnya yang mengakui bahwa beliau adalah orang yang mulia akhlaknya, bahkan
non muslim pun mengakui akan greatness yang melekat pada Nabi Muhammad
Saw. Setiap kita membicarakan beliau, maka seolah aroma harum menguar di ruang
pembicaraan kita.
Jika
kita membicarakan kebaikan orang lain, maka orang yang kita jadikan topik
pembicaraan akan makin menguat kemuliaan dan dignity-nya. Berbeda dengan
Rasulullah Saw. Meski Anda membicarakan di banyak sekali tempo dan kesempatan, sama
sekali tidak menambah kemuliaan Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin penggambaran
orang yang lemah dan hina ini bisa menambah kemuliaan Rasulullah Saw yang sudah
mulia. Apalagi, kemuliaan Rasulullah Saw telah diakui oleh Allah Swt. Bahkan, sebaliknya,
ketika Anda mengisahkan keagungan Rasulullah Saw, Anda akan mendapatkan luberan
kehormatan dan keagungan dari Allah.
Shalawat
yang kita ucapkan tidak menambah apa-apa pada kemuliaan Rasulullah Saw. Karena
dengan shalawat dari Allah untuk beliau sudah cukup membuat Rasulullah Saw
mulia selamanya. Ketika Anda bershalawat pada Rasulullah, maka Anda akan
mendapatkan luberan dari kemuliaan yang memenuhi Rasulullah Saw.
Jika
berbincang tentang kebeningan akhlak Nabi, maka takkan pernah memiliki diksi
yang pas untuk mengungkapkan, oleh karena saking bening dan kemilaunya akhlak
beliau.
Sosok
Pembawa Rahmat
Ketika perang Uhud bergemuruh, Rasulullah Saw memberikan perintah agar terus berada di tempatnya masing-masing dalam kondisi apapun, sehingga perintah lain tiba. Tapi, ketika pasukan Islam merasa sudah mencapai kemenangan, karena orang kafir telah berhasil dipukul mundur, pasukan Islam meninggalkan posnya masing-masing. Mereka turun untuk mengambil harta ghanimah. Tapi, ternyata kafir Quraisy kembali lagi, dan melakukan serangan balik, mereka mengamuk dengan kekuatan yang dahsyat, dan umat Islam merasa kecolongan dengan strategi yang didesain oleh kafir Quraisy.
Pasukan musuh telah menjadikan Rasulullah Saw sebagai
target, di antara mereka menggerak-gerakkan baja, lalu dihantamkan pada wajah
Rasulullah Saw, sampai—dikisahkan—gigi beliau rompal. Para sahabat merangsek
untuk membentengi Nabi Yang Mulia. Melihat kondisi Rasulullah Saw yang sangat
memprihatinkan, dan orang kafir telah memperlakukan dengan sangat kejam, maka
sebagian sahabat bertanya pada Rasulullah Saw, mengapa beliau tidak mengutuk
mereka. Ketika itu, Rasulullah Saw menukas, “Aku tidak diutus untuk melaknat,
tapi aku diutus untuk menebar rahmat”. Kasih sayang Rasulullah Saw jauh lebih
luas dan melimpah ketimbang kemurkaannya.
Dalam
situasi terdhalimi sepedih apapun, Rasulullah Saw tetap bisa mengendalikan
dirinya, dan selalu memancarkan kasih sayang ketimbang kebencian.
Rasulullah
Saw dikenal sangat mencintai anak-anak. Bahkan dikisahkan, Rasulullah Saw
pernah mencium cucunya, Sayyidina Hasan dan Husein. Salah satu orang arab
sempat terheran-heran, karena dia sendiri meski memiliki banyak anak, tak satu
pun yang dia cium. Dari situlah, Rasulullah Saw menyampaikan, “Tidak dicintai
orang yang tidak mencintai”.
Di
kesempatan yang lain, ketika Rasulullah Saw sedang mendirikan shalat. Dikala
sujud, tiba-tiba salah satu dari cucu beliau menaiki punggung beliau. Beliau
beberapa saat diam, tidak bergerak. Sampai kemudian, anak yang berada di
punggung beliau yang suci turun, baru kemudian beliau bangkit. Bayangkan, di
saat beliau sedang mendirikan ibadah pada Allah, fokus pada menjalin hubungan
dengan Allah, kasih sayang beliau masih ditampakkan.
Beliau
seolah sumur kasih sayang yang tak pernah kering. Kalau Anda mau belajar
bagaimana mencintai dengan tulus, tirulah Nabi Muhammad Saw. Dan ingatlah,
orang yang paling banyak menunaikan sunnah adalah orang yang paling banyak
menebar kasih sayang.
Mudah
Memaklumi Kesalahan orang Lain
Anda tentu sangat terkejut bagaimana ketika Rasulullah Saw didatangi bala bantuan untuk menghancurkan penduduk Thaif yang telah mengusir, sembari melempari batu, bahkan diselingi kalimat yang hina pada beliau Saw. Beliau sama sekali tidak membuka ruang untuk membalas kesalahan mereka dengan perbuatan yang buruk. Bahkan, beliau justru mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah dari Allah. Disadari bahwa mereka melakukan itu karena tidak tahu.
Andaikan mereka tahu
bahwa yang dibawa oleh Rasulullah Saw adalah untuk kebaikan mereka, jelas
mereka tidak akan melakukan perbuatan keji itu. Jika mereka tahu bahwa yang
datang adalah utusan sekaligus kekasih Allah, Penguasa Langit dan Bumi, tentu
saja mereka tidak berbuat seperti itu.
Bahkan
ketika malaikat itu menawarkan untuk menimpakan gunung ke penduduk Thaif,
Rasulullah Saw justru menolak. Bahkan beliau berharap Allah mengeluarkan dari
sulbi mereka (penduduk Thaif) keturunan yang menyembah Allah dan tidak
menyekutukan Allah dengan apapun.
Kunci
merawat hati akan tetap bahagia dikala diperlakukan buruk oleh orang lain,
selalu hadirkan kesadaran mereka melakukan itu karena tidak tahu. Seperti
halnya, Anda suatu menimang bayi, tiba-tiba bayi itu kencing di pangkuan Anda.
Air kencing itu mengalir kemana-mana. Tentu saja Anda tidak marah, karena anak
itu Anda anggap belum tahu apa-apa. Bayangkan, jika yang mengencingi Anda orang
dewasa, maka sontak Anda akan marah, kalap, bahkan menggebuk orang itu.
Demikianlah, cara kita menghadapi orang yang jahil, suka mengusik, suka mengganggu, selalu sadari mereka sedang tidak tahu apa-apa. Berpaling dari mereka lebih baik. Dan selalu katakan semoga engkau selamat, dan saya selamat. Dengan demikian, perbuatan mereka tidak membekaskan rasa sakit ke dalam hatimu.
0 comments