MENCINTAI KESEMPURNAAN
08 September 2025
Bahagia
memancar dari cinta. Jika kita belum menemukan tambatan cinta, maka kita belum
merasakan kebahagiaan berdesir ke dalam jiwa. Mungkin Anda belum dekat dengan
sosok yang Anda cintai, tapi cinta terus bertumbuh dari hati padanya, maka
kebahagiaan terus bertumbuh bersamaan dengan bertumbuhnya cinta. Kita tentu
tidak mencintai sosok, melainkan mencintai sifat-sifat yang melekat obyek
tersebut. Meski orang itu tidak bersimuka dengan kita, tetapi hadir dalam
kehidupan kita, tetap saja kebahagiaan itu seperti merambat darinya. Anda
mengingat sosok yang memiliki keindahan yang terus meninggalkan pesona dalam
diri Anda, setiap kali Anda mengingatnya, pasti kebahagiaan itu seolah merembet
ke dalam hati Anda.
Cinta
hanya sebagai manifestasi kecondongan jiwa pada sebuah obyek. Makin terlihat
sempurna di mata, maka semakin menguat rasa cinta di hati. Jika mendapati yang
dicintai selama ini memendam kekurangan atau cacat, maka rasa cinta akan
terkikis atau memudar sama sekali.
Sejak awal, kita telah diberitahu bahwa apapun tetap menyimpan ketidaksempurnaan. Anda mungkin terpesona dengan cahaya rembulan. Ketika rembulan itu mencapai purnama, maka Anda terpukau karena mendapati kesempurnaan pada rembulan. Apakah purnama itu tetap langgeng? Tentu saja tidak.
Pada saatnya, purnama itu akan
mendadak berubah pucat pasi, yakni ketika sudah terpapar oleh sinar matahari.
Seluruh kesempurnaan purnama tiba-tiba memudar. Mungkin, kecantikan purnama
hanya menjadi kenangan. Karena ternyata kesempurnaan yang membalut purnama
telah memudar, dan mungkin saja kecintaan kita akan memudar. Bunga yang indah,
segar memukau jiwa, pada saatnya akan mengalami layu, lunglai. Sama sekali
tidak menarik.
Segala
keindahan yang bersifat fisik akan mengalami masa rentan, memudar, dan berubah
secara total. Dan semua memiliki keterbatasan, yang membuat cinta kita tidak
meluap secara optimal pada sesuatu. Bayangkan, kalau Anda melihat orang itu
sempurna di mata Anda, lantas Anda mengamati ada kekurangan yang terlihat
darinya, maka kecintaan kita tak jarang akan berkurang. Bahkan menghilang sama
sekali.
Ketahuilah, semua manusia diciptakan dengan sebuah keniscayaan terselipi kesalahan dan dosa. Penuh dengan ketidaksempurnaan. Bukankah setiap anak Adam berbuat salah, dan sebaik-sebaik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertobat. Dari hadis ini mengirimkan pesan kepada setiap orang bahwa jangan pernah kita merasa sempurna. Sebersih apapun kita, pasti terselip kesalahan.
Karena itu, Anda
terus memacu diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Jangan pernah
merasa sempurna. Kalau Anda sudah merasa sempurna, maka Anda menghentikan
pertumbuhan menjadi lebih baik. Selain itu, jika Anda melihat orang lain
terpuruk dalam kesalahan, Anda juga harus memaklumi, setiap orang bisa saja
melakukan kesalahan. Kita tetap menerimanya kembali selagi dia mau bertobat,
memulihkan diri, dan membenahi diri menjadi lebih baik.
Tapi kondisi ini tidak berlaku pada manusia agung yang Allah ciptakan untuk dicintai selamanya. Allah mencintainya karena Allah telah menciptakan dengan sempurna. Seolah tak ada celah sedikit pun keburukan yang melekat padanya. Siapa beliau? Beliau adalah Nabi Muhammad Saw. Semakin Anda mendalami tentang tabi’at, karakter, dan akhlak beliau, maka jiwa Anda dibawa terbang menuju kekaguman yang tak pernah berakhir.
Seolah setiap akhlak yang ditampilkan oleh Rasulullah
Saw adalah imajinasi liar. Sama sekali tidak. Semua apa yang memancar dari
Rasulullah Saw bersifat alami. Saking agungnya akhlak beliau, Allah pun
menyematkan pujian pada beliau sebagai sosok yang berada di atas akhlak yang
agung. Jika Penciptanya saja sudah mengagumi dan memujinya, lantas bagaimana
kita yang sejatinya penuh dengan kehinaan ini tidak memujinya?
Tentu
Anda penasaran bagaimana kesempurnaan yang memancar pada Nabi Muhammad Saw?
Beliau manusia, tapi tidak seperti manusia. Dia seperti manusia yang lain. Jika
manusia makan, maka beliau juga makan. Kalau manusia butuh istirahat, beliau
juga butuh istirahat. Kalau manusia butuh menikah, beliau juga menikah. Meski
demikian, beliau bukan manusia biasa, karena akhlaknya yang sangat menakjubkan.
Tidak pernah keluar dari lisannya kalimat-kalimat kotor, perkataan-perkataan
yang menghinakan, bahkan yang selalu mengalir dari lisannya adalah
kalimat-kalimat yang menyentuh, melembutkan hati, dan senantiasa membekaskan
rasa bahagia di hati sahabat bicaranya.
Seindah
apapun penggambaran saya tentang keindahan akhlak Nabi Muhammad Saw, tetap saja
tak bisa mewakili dengan sempurna. Teringat dengan dawuh Guru saya, pernyataan
tidak bisa menggambarkan kenyataan. Karena kenyataan tak bisa digambarkan
dengan logika. Begitu juga, tentang keindahan akhlak Nabi Saw sungguh sangat
memukau.
Dengan
keterbatasan dalam menggambarkan, saya tetap mengungkap tentang akhlak Nabi
Muhammad Saw.
Kasih
Sayang
Beliau
adalah cinta yang dihadiahkan bagi semesta. Tidak ada yang mengalir dari beliau
kecuali kasih sayang saja. Beliau tidak hanya mencintai orang-orang yang
beriman pada Allah dan mencintainya. Beliau juga tidak berhenti mencintai
orang-orang berpaling dari dakwahnya. Terkait dengan cinta, tergambarkan dengan
kedermawanan beliau yang tak pernah berhenti, dan selalu benderang di mata
siapapun. Sayyidina Anas bin Malik berkata. “Rasulullah Saw adalah paling
dermawannya manusia”. Tentu saja tidak ada manusia yang paling dermawan
melebihi beliau. Tidak ada satu pun orang yang membutuhkan bantuannya yang
merasa ditolak. Beliau selalu menggenapi selagi sanggup membantunya.
Di suatu kesempatan, ada seorang wanita menjahit sehelai baju dengan tangannya sendiri. Lantas, dia hadiahkan pada Nabi Muhammad Saw sebagai ekspresi cintanya pada Nabi Muhammad. Beliau menerimanya dengan senang hati. Tentu saja wanita itu sangat senang hadiahnya diterima dengan hati gembira oleh Rasulullah. Akan tetapi, hanya sekali saja baju itu dikenakan Nabi, tiba-tiba ada seorang lelaki yang meminta baju tersebut.
Nabi sama sekali tidak keberatan. Tanpa berpikir
panjang, baju itu diserahkan pada lelaki itu. Demi melihat itu, seorang sahabat
menegur lelaki itu. Ternyata lelaki itu punya keinginan, kelak baju yang
dihadiahkan Nabi akan dijadikan sebagai kain kafan saat kematiannya. Dia
meminta karena cintanya pada Nabi. Dan berharap kelak, tubuhnya dibungkus oleh
baju yang sudah pernah melekat pada badan mulia Nabi Muhammad Saw.
Adalah
seorang budak yang berbelanja ke pasar. Akan tetapi, sebelum dia berbelanja,
dia menangis tersedu-sedu. Seolah sedang ditimpa musibah yang amat berat. Ketika
menangis di antara lalu lalang orang yang berada di pasar, Rasulullah
menghampirinya. Sembari menanyakan, apa gerangan yang membuatnya menangis? Dia
mengungkapkan tentang identitas dirinya sebagai budak. Dia diperintah
majikannya untuk berbelanja. Ternyata uang yang dibawanya telah hilang, tidak
tahu jatuh dimana.
Dia sangat khawatir jika pulang tidak membawa apa-apa akan dimarahi oleh majikannya. Rasulullah Saw yang juga ke pasar untuk berlanja, dari sebagian uang yang beliau punya diserahkan pada budak itu, untuk membeli keperluan di pasar. Dia sangat gembira. Tapi kesedihan lain datang menyergapnya.
Bagaimana
jika dia pulang, dimarahi oleh majikannya karena datang terlambat. Rasulullah
Saw mengantarkan budak itu sampai bertemu majikannya. Setiba di rumah itu, sang
majikan sangat terkejut, sekaligus terharu karena rumahnya dikunjungi
Rasulullah Saw. Setelah mengetahui muasal rumahnya dikunjungi Rasulullah, maka
budak tersebut dimerdekakan oleh majikannya. Sungguh keberkahan yang sangat
besar dari Rasulullah yang diterima oleh budak sekaligus majikannya.
Dari
dua kisah yang saya paparkan di atas, kita menemukan dan menghayati ihwal
pancaran kasih sayang dari Rasulullah Saw. Beliau sama sekali tidak mau melihat
orang lain dirundung kesusahan. Jika beliau bisa, maka ingin segera melepaskan
belenggu masalah orang lain, dan mengeluarkan dari perangkap kesedihan yang
dialami orang lain.
Punya
Kekuatan Memaafkan
Anda
akan makin terpakau dengan akhlak Nabi. Bagaimana ketika memasuki Fathul Mekah.
Nabi bersama ribuan sahabat datang ke tanah kelahiran Nabi Muhammad.
Penduduknya telah mengusir sahabat, mencaci maki Rasulullah, bahkan merampas
hak-hak yang dimiliki oleh para sahabat. Ketika sampai di gerbang Mekah,
penduduk Madinah dari kafir Quraisy sudah dihinggapi ketar-ketir, bagaimana
jika Nabi Muhammad membalas seluruh perbuatan dan sikap buruk mereka.
Tetapi,
fakta sama sekali tidak menggambarkan ketakutan mereka. Tidak ada sedikit pun
kekerasan yang ditunjukkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Beliau Saw
menyebutnya hari itu adalah hari kasih sayang. Ketika itu, Rasulullah bertanya
pada pemuka orang kafir Quraisy, “Apa yang kalian inginkan dariku?”. “Kau orang
baik, tentu saja yang saya pinta darimu adalah kebaikan”, ucap mereka dengan
wajah memohon.
“Pergilah
kalian, kalian semua bebas!”, sebuah pernyataan yang menggetarkan sekaligus
mengharukan. Dengan akhlak agung yang didemonstrasikan oleh Rasulullah Saw dan
para sahabat, maka mereka berbondong-bondong masuk Islam. Keindahan ini terus
tertoreh sepanjang sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad. Beliau benar-benar
mengedepankan kasih sayang dibanding kebencian. Beliau bukan tipikal orang yang
memendam dendam. Bahkan beliau sangat terampil mendaur-ulang kebencian sebagai
kasih sayang. Seperti menjadikan kotoran sebagai bunga yang sangat indah.
Adalah seorang rahib yang menyamar sebagai orang yang menagih hutang pada Nabi Muhammad. Rasulullah memang berhutang padanya. Suatu kesempatan, di saat Rasulullah sedang berjalan dengan para sahabat, tiba-tiba serban yang dililitkan ke leher beliau ditarik kuat-kuat oleh si rahib.
Spontan Umar bin Khattab
menghunus pedangnya, hendak menebas orang tersebut. Akan tetapi, Rasulullah Saw
dengan tangkas mencegahnya. “Jangan kau lakukan itu wahai Umar. Jika kau ingin
membantuku, bayarkan hutang saya. Meski sebenarnya hutang saya belum jatuh
tempo”, pinta Nabi. “Dan jangan hanya dibayari, bahkan ditambahi wahai Umar”.
Tentu
saja Umar bin Khattab heran mengapa harus ditambahi? Rasulullah menyampaikan
untuk membayar ketakutan yang membayanginya. Setelah menyadari betapa mulia
respon yang dihadikan Nabi, maka orang itu akhirnya benar-benar mengaku Nabi
Muhammad Saw. Dilihat tercermin dari kesabaran yang diperlihatkan.
Setelah
dia mengaku kenabian Nabi Muhammad, maka rahib itu mendeklarasikan diri sebagai
pemeluk Islam. Setiap kebaikan sikap akan membuahkan kebaikan. Setiap keburukan
sikap akan membuahkan keburukan pula. Dan Nabi Muhammad senantiasa merespon
segala kenyataan, bahkan kenyataan terburuk sekalipun dengan sikap yang
terbaik, sehingga hasil terakhir adalah kebaikan saja.
Beliau
tidak hanya memaafkan kesalahan orang lain, tapi juga membalas keburukan dengan
kebaikan. Membalas perlakuan buruk dengan perlakuan baik.
Tengoklah
sebuah sejarah yang terkemuka. Adalah seorang lelaki tua dan buta. Dia duduk di
perempatan jalan. Tiada yang keluar dari lisannya kecuali kata-kata penuh serapah
yang ditujukan pada Nabi Muhammad Saw. Anda tentu penasaran bagaimana respon
Nabi Muhammad Saw terhadap orang tua buta itu?
Beliau
Saw justru meminta setangkup makanan yang dimasukkan ke rantang. Setibanya di
dekat orang tua buta itu, beliau menyuapinya dengan penuh kasih sayang.
Meskipun, beliau terus berkata kotor tentang beliau, beliau menyuapi dengan
kasih sayang. Dan orang tua buta itu sama sekali tidak mengetahui bahwa sosok
yang menyuapinya adalah Rasulullah.
Sampai
tiba waktunya, Rasulullah Saw wafat, lantas digantikan kepemimpinan umat Islam
oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar meneruskan kebiasaan Nabi ini dengan
menyuapi makanan pada orang tua buta. Akan tetapi, ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq
a.s menyuapi, tiba-tiba ditangkis oleh orang tua buta itu. Mengapa? Karena dia
merasa bahwa orang yang menyuapi sekarang bukan orang yang biasa menyuapinya.
Demi mendengar itu, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq beringsut ke belakang
sembari menangis, disertai kerinduan pada Nabi Muhammad. Seketika pula, orang
tua buta itu mengetahui bahwa orang yang selama ini menyuapi dirinya adalah
orang selalu dia caci. Seketika pula, kakek itu masuk Islam.
Beliau
tidak hanya memaafkan orang yang berbuat buruk pada beliau. Bahkan beliau
membalas setiap keburukan yang orang lain lemparkan padanya dengan kebaikan.
Dan tak sedikit orang yang masuk Islam tersebab akhlak Rasulullah Saw yang
sangat luhur ini.
Alkisah, adalah seorang yang setiap hari bertugas duduk-duduk di jalan yang biasa dijadikan tapak Rasulullah Saw menuju Ka’bah. Orang ini terus menanti sampai Rasulullah Saw melewati jalan tersebut, dan biasanya langsung diludahi. Rasulullah tak pernah membalasnya. Sampai kemudian suatu saat, Rasulullah Saw tidak lagi mendapati orang itu mengganggunya. Bukan sehari. Tapi berhari-hari.
Karena itu, Rasulullah Saw bertanya-tanya, dimana orang itu. Beliau mendengar
kabar orang yang bersangkutan sedang sakit. Demi mendengar kabar tersebut,
Rasulullah Saw bergegas menuju rumah orang itu dengan membawa buah tangan.
Ketika Rasulullah Saw mengetuk pintu sembari memanggil yang bersangkutan, dia
gemetar. Dia sangat mengenali suara yang berasal dari luar itu adalah suara
Rasulullah Saw. Dia sangat khawatir bagaimana jika Rasulullah Saw membalas
perlakuan buruknya.
Setelah
Rasulullah Saw masuk ke gubuk tersebut, ternyata yang terjadi tidak seperti
yang dia cemaskan. Justru Rasulullah Saw ikut berduka cita atas sakit yang dia
alami dengan membawakan buah tangan. Sungguh dia sangat terharu dan terenyuh
dengan akhlak agung Nabi Muhammad Saw. Bagaimana tidak, orang yang telah
menyuruh dia untuk mengganggu Rasulullah Saw ketika di jalan, belum sama sekali
menjenguknya. Tapi, justru yang jadi sasaran gangguan datang menjenguk lebih
dahulu. Dengan akhlak agung yang ditunjukkan Nabi Muhammad Saw, maka orang itu
langsung masuk dalam pelukan Islam.
Begitulah pesona Nabi Muhammad Saw.
0 comments