-->

Mengapa Harus Mencintai Manusia Agung Saw?

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Mengapa Harus Mencintai Manusia Agung Saw?

01 September 2025

Mengapa Harus Mencintai Manusia Agung Saw?

01 September 2025


 


Hidup tanpa cinta seperti taman tanpa bunga. Tentu tidak ditemukan keindahan di dalamnya. Akan tetapi, tak sedikit orang yang mengalami cidera hatinya, luka jiwanya, oleh karena cinta. Saking besarnya cinta yang dipersembahkan, sehingga membentuk sikap posesif. Merasa memiliki, dan tak boleh lepas dari tangannya. Berbagai cara dilakukan agar cintanya tidak lepas dari genggaman. Karena didasari dengan memiliki, maka cinta yang tumbuh dari dalam jiwanya bukan cinta yang menyemai kebahagiaan, melainkan senantiasa mengendapkan derita ke relung hati. Tak sedikit orang, kini memendam rasa benci yang amat pada sosok yang dulu sangat dia cintai.

Sekali lagi, kita tak bisa mempertahankan cinta, tapi bagaimana bisa menyerap inspirasi dan pelajaran yang indah dari sosok yang dicintai. Hadirlah di hadapan orang yang dicintai seperti kupu-kupu yang beterbangan, lalu menghinggapi bunga-bunga. Tidak ada yang disesap kecuali putik bunga yang harum. Tentu bunga tak bisa dipertahakan terus segar dan menyebarkan putik. Pada saatnya, bukan hanya bunga tak lagi mempersembahkan putik sari, tapi juga bunga pada saatnya akan layu. Lalu punah.

Demikian juga sosok yang kita cintai. Mungkin sekarang dia menemani kita, menyertai kita kemana saja kita melangkah. Namun, tak selamanya dia akan membersamai kita. Sesekali dia meninggalkan kita. Atau bahkan selamanya meninggalkan kita. Jika Anda mengharapkan fisiknya, fisik pun sangat sebentar. Namun, kalau yang Anda serap jiwanya, maka jiwa itu akan langgeng, mengabadi hingga di akhirat. 

Seluruh karakter kebaikan yang memancar dari sosok yang Anda cintai akan mengukir karakter yang indah pula ke dalam hati Anda. Dan karakter indah itu membentuk nasib yang baik pula pada Anda. Jika Anda ditemani oleh orang baik, maka peluang Anda menjadi baik juga sangat besar. Bukankah orang bergantung pada agama temannya. Agama dari orang yang paling dekat dengannya.

Ketahuilah manusia yang kau cintai belum tentu sepenuhnya benar, dan belum tentu sepenuhnya baik. Apalagi kita menyadari tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi, kecuali Sayyidina Muhammad Saw. Kalau kita sandarkan cinta pada manusia yang hidup di dunia, siapkan diri kita untuk memetik banyak sekali rasa kecewa. 

Apalagi jika perhatian kita tertuju pada kekurangan yang melekat padanya. Sungguh Anda sedang menebarkan serbuk-serbuk kaca yang memapar hati. Karena itu, secinta apapun Anda dengan manusia, selalu ciptakan jarak, sehingga Anda tidak kecewa betul ketika menyeruak keadaan yang tak Anda sukai darinya.

Kalau Anda menapaki relung hati terdalam, sejatinya kita hanya mencintai yang sempurna, yang indah, dan luhur. Sifat-sifat baik dan memesona itu hanya bersemat pada Nabi Muhammad Saw. Tidak ada manusia yang paling agung akhlaknya. Dan itu diakui langsung oleh Allah sebagai Penciptanya. Manusia yang paling agung akhlaknya adalah Sayyidina Muhammad Saw. Allah bukan hanya sebatas memuji Nabi Muhammad Saw, tapi Dia sangat mencintai Nabi Muhammad Saw.

Bagaimana kita bisa menakar alasan cintanya Allah pada Sayyidina Muhammad Saw?

Pertama, secara esensi, beliau diadakan terlebih dahulu sebelum semesta dan isinya mengada. Sebelum malaikat diciptakan, sebelum surga digelar, sebelum Nabi Adam diciptakan. Esensi beliau disebut dengan Nur Muhammad. Oleh kalangan sufi disebut sebagai bibit semesta. Tanpa bibit ini, maka kita tidak akan muncul dari ketiadaan. Selamanya kita tiada tanpa kehadiran Nur Muhammad ini.

Rasulullah Saw bersabda, “Aku telah menjadi seorang Nabi ketika Adam antara air dan tanah”.

Di sebuah ruangan banyak sekali barang berserakan, dan bertebaran di mana-mana. Meski barang itu ada, namun tak terlihat oleh mata, dari gelap gulita yang menyelimuti ruang tersebut, maka barang itu tidak ada. Bahkan tak bisa didefinisikan.

Alkisah, ketika Nabi Adam a.s. diturunkan oleh Allah ke bumi setelah menelan buah khuldi yang tumbuh di surga, beliau meratapi nasibnya yang harus berpisah dengan seluruh kenikmatan surga. Terutama sudah tak lagi merasakan kedekatan dengan Allah. Penyesalan, kerinduan, dorongan untuk kembali dekat Allah terus berkecamuk di dadanya. Beliau terus memohon welas asih Allah agar mengampuni dosa-dosa yang dilakukannya. Meski beliau telah menangis, bertobat, dan terus menggerung di hadapan Allah, tobatnya tak kunjung diterima oleh Allah.

Sehingga tiba pada keadaan beliau mengingat kenangan-kenangan ketika berada di surga. Beliau tertuju pada sebuah kalimat yang bertata indah di setiap arsy, bahkan di setiap daun pintu surga terpahat kalimat ini. Kalimat apa? Laa ilaaha illalah muhammadurrasulullah. Sekelebat kenangan itu menginspirasi Nabi Adam a.s untuk merenungkan tentang siapa Muhammad? Pasti bukanlah makhluk biasa. 

Karena namanya disandingkan dengan nama Allah. Terlintaslah dalam hati beliau untuk bertawassul pada makhluk yang paling dekat dengan Allah ini. Karena menyisipkan nama Nabi Muhammad dalam tobatnya, maka tersiar kabar bahwa tobatnya diterima oleh Allah. Betapa gembiranya Nabi Adam a.s.

Demi meneguhkan keyakinan Nabi Adam a.s tentang sosok Muhammad Saw, maka Jibril menyampaikan pesan dari Allah Swt. “Andaikan tidak karena Muhammad, tidak Aku ciptakan Adam, surga, dan neraka.”

Sungguh kita berhutang budi pada Nur Muhammad. Karena tanpanya, kita tidak akan muncul dari ketiadaan. Ketahuilah, Nur Muhammad bukan hanya esensi Nabi Muhammad, melainkan menjadi esensi dari seluruh manusia bahkan seluruh makhluk. Karena darinya semuanya memancar. Karenanya seluruh makhluk, bukan hanya yang berakal, bahkan makhluk yang tak punya kesadaran pun begitu merindukan Nabi Muhammad Saw. 

Pernah Anda mendengar bagaimana bebatuan pernah mengucapkan salam pada Nabi Muhammad Saw? Bagaimana pohon kurma pernah menangis karena tidak lagi dijadikan tempat bersandar oleh Nabi Muhammad Saw. Kisah-kisah itu mengkonfirmasi bahwa seluruh alam sangat merindukan Nabi Muhammad Saw.

Karena Nur Muhammad adalah muasal jiwa kita. Sejatinya kerinduan kita pada Nabi Muhammad Saw adalah kerinduan kita pada muasal jiwanya. Seperti halnya, kita sangat merindukan kampung halaman dengan segala sejarah yang tertoreh di dalamnya. Kita merindukan orang-orang yang telah melukisi kanvas kehidupan kita. Terutama orang tua yang berkontribusi besar menyampaikan kita sampai pada fase ini.

Saya pernah mengunjungi sebuah cafe dengan desain bangunan rumah ala desa. Bukan hanya desain bangunannya yang ala desa, bahkan furniture yang digunakan akrab dengan perabotan yang digunakan di desa. Cangkirnya seperti cangkir yang dulu pernah kita gunakan ketika hidup di desa. Piringnya juga demikian. Bahkan makanan-makanan yang disuguhkan mempresentasikan kesederhanaan makanan ala desa.

Cafe ini tidak hanya menjual makanan, tapi menawarkan kenyamanan psikologis. Mengambalikan orang yang lama tinggal di kota untuk kembali ke pengalaman desa tanpa harus kembali ke kampung halaman.

Jika kita secara majasi sangat merindukan keadaan ketika tinggal di kampung halaman, jiwa kita juga punya keadaan begitu. Diharu biru oleh kerinduan yang mendalam pada kampung halaman jiwa kita. Rindu pada surga yang telah Allah sediakan di akhirat. Bahkan kerinduan yang agung adalah rindu bertemu dengan orang tua ruhani yang darinya kehidupan kita rasakan. Siapa ayah ruhani kita? Ayah ruhani kita adalah Sayyidina Muhammad Saw. Selalu sadari ini, agar kerinduan itu terus memuncak di dalam jiwa kita. Sehingga hari-hari yang kita jalani hanya memupuk kerinduan, kemesraan, dan keakraban dengan Nabi Muhammad Saw.

Kedua, distributor tunggal rahmat Allah. Allah yang memiliki rahmat, sementara penyalur rahmat itu juga satu saja, yakni Sayyidina Muhammad Saw. Tanpa Nabi Muhammad Saw, tak setetes rahmat pun turun ke bumi. Kita mendapatkan apapun dari Allah, kesemuanya mengalir melalui Rasulullah Saw. Karena itu, kita harus terus mendekatkan diri dengan distributor tunggal ini agar kita senantiasa menangguk rahmat dari Allah.

Bayangkan, Allah lahirkan kita ke dunia bertujuan agar kita beribadah kepada-Nya. Sementara pokok dari ibadah adalah shalat. Akan tetapi, shalat tidak diterima selagi tidak disisipi shalawat di dalamnya. Iya, hanya shalat yang mendapatkan stempel shalawat yang akan diterima oleh Allah. Rasulullah Saw menjadi penghubung antara Allah dengan manusia, dan manusia dengan Allah. Manusia mendapatkan rahmat dari Allah melalui Rasulullah Saw. Dan manusia beribadah hanya diterima ketika dihubungkan kepada Allah dengan shalawat.

Apa saja rahmat yang Allah turunkan ke bumi ini? Ketahuilah semuanya melalui Sayyidina Muhammad. Rahmat keberadaan—sudah kita sampaikan di atas—sebagai rahmat yang memancar melalui Sayyidina Muhammad sebagai bibit semesta. Manusia juga menyerap nikmat melengkapi sempurnanya kehidupan yang dijalani. Apa saja? Nikmat rezeki, nikmat jodoh, nikmat akal, dan nikmat agama. Tanpa melalui Nur Muhammad, kita tak memeroleh beragam nikmat tersebut.

Kalau Anda ingin mendapatkan rahmat yang banyak, maka sering-seringlah mendekati distributor tunggal ini. Apapun masalah yang kita hadapi, maka mintalah kepada Allah dan jadikan Rasulullah Saw sebagai jalan untuk mendapatkan bermacam rahmat dari Allah.

Adalah seorang terperosok dalam perbuatan dosa. Dia sangat menyesali perbuatan tersebut, dia bertobat kepada Allah. Sampai kemudian dia nekad mengikatkan dirinya di tiang masjid. Dia terus lakukan itu hingga mendengar bahwa tobatnya telah diterima oleh Allah. Allah merespon apa yang dilakukan orang tersebut melalui Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 64-65 :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah mendzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Penerima Tobat, Maha Penyayang”.

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang