-->

Pesantren dan Tarekat

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

Pesantren dan Tarekat

21 October 2025

Pesantren dan Tarekat

21 October 2025


Ketika masuk pesantren, saya merasakan seolah memasuki relung agama. Disanalah, kita bisa menyerap intisari dan mutiara-mutiara agama. Selain disuguhi bermacam-macam ilmu, kita juga disodori bagaimana kehidupan pesantren yang disangga agar bertahan dengan segala keterbatasan yang mengitari. Disana kita belajar tentang resiliensi. Meski kiriman orang tua tidak seperti yang diharapkan, maka disana tetap tangguh, tak boleh gampang mengeluh, mencari cara bagaimana kehidupan terus berjalan. Semuanya ditanggung sendiri, tanpa harus berharap, apalagi bergantung pada orang yang berada di sekitarnya. Ikhtiar untuk bisa survive sudah teruji bagi santri. Sehingga mereka, ketika sudah disebar di masyarakat, selalu memiliki cara untuk bisa bertahan. Tidak mudah putus asa dengan persoalan sebesar apapun.

Pesantren jadi tempat penggemblengan santri secara utuh. Tak hanya otaknya yang diisi dengan ilmu, hatinya dibersihkan, dan ruhaninya diliputi kesadaran Ilahi, tapi juga fisiknya dilatih agar kokoh. Karena itu, di pesantren juga diadakan pencak silat. Diharapkan setelah keluar dari pesantren, santri bisa berkiprah di masyarakat. Pesantren bukan hanya menyiapkan orang agar tahu agama, tapi juga bagaimana bisa tampil sebagai pemimpin umat, bisa berkontribusi yang terbaik bagi umat. Bukankah tujuan inti dari kehidupan ini adalah bagaimana menyebarkan kebahagiaan bagi sesama? Makin luas manfaat yang disebarkan, makin meningkat kebahagiaan yang dirasakan.

Tentu banyak lesson yang diserap dari pesantren. Saya berusaha memotret dari sisi tarekat. Pesantren menjadi laboratorium excellent untuk mengembangkan tarekat. Santri telah menjalani tarekat tanpa harus menggunakan label-label tarekat. Disana tentu dituntun bagaimana seseorang mengenal Allah. Tujuan Allah menciptakan manusia tidak ada lain kecuali makrifat pada Allah. Makrifat inilah sumber kebahagiaan. Karena dengan makrifat, seseorang akan selalu terhubung dengan Allah.

Apa saja pendidikan yang dikembangkan di pesantren yang punya korelasi dengan tarekat?

 

Taklim

Ilmu seperti akar yang mendasari setiap amal. Karena tanpa ilmu, amal tidak ada nilainya. Ilmu bermanfaat untuk membentuk mindset, memperbaiki sudut pandang, bahkan merancang tujuan. Mencari ilmu bukan asal ilmu, tapi ilmu yang memiliki mata rantai sampai pada Rasulullah Saw. Dengan demikian, ilmu yang dipelajari tidak hanya mengisi ruang intelektual dengan ilmu pengetahuan, tapi juga mengisi ruang spiritual dengan cahaya ilahi. Menjadi ilmu yang menggerakkan kita untuk beramal. Tidak menjadi sia-sia, melainkan memberikan berkah.

Terkait taklim, maka agama sangat menghormati dan memuliakan orang yang berilmu. Bahkan siapa yang memuliakan orang berilmu sama dengan memuliakan Rasulullah Saw. Siapa yang memuliakan Rasulullah sama dengan memuliakan Allah Swt. Dan disebutkan, siapa yang berada di majelis seorang ulama sama halnya dengan berada di majelis Rasulullah Saw. Tentu masih banyak manfaat yang bisa diakses ketika orang menimba ilmu pada seorang ulama. Barangsiapa siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga.

Kalau merujuk pada kitab Taklim Muta’allim, terkait dengan kedudukan guru, sungguh sangat dimuliakan. Mengutip pada perkataan dari Sayyidina Ali K.w, siapa yang mengajarkanku satu huruf, maka aku akan menjadi budaknya. Tentu ini landasan yang dipakai oleh seorang murid, bukan seorang guru. Karena takdimnya murid pada seorang guru memudahkan seorang murid untuk mengambil keberkahan dari ilmu yang dia akses.

Dengan mengakses ilmu terus-menerus, maka kebodohan akan terhampas dari pikiran. Ketika awan kebodohan telah tersingkap, maka orang akan mengenali siapa dirinya, mengenali siapa Tuhannya, dan mengenali apa tujuan sejatinya. Bukankah dengan mengerti tujuan, hidup kita akan mudah terarah. Sepelan apapun kita melangkah, tapi kita menyadari dan mengenali tujuan sejati, maka kita akan terus bergerak kesana. Dan tidak ada tujuan yang terproyeksi di relung kesadaran kecuali bagaimana memeroleh ridha Allah.

 

Tazkiyah

Sungguh takziyah atau penyucian hati merupakan langkah utama yang harus dijalani agar kita memeroleh puncak tujuan, yakni kebahagiaan. Tanpa kesucian hati, maka sejatinya orang belum bergerak kemana-mana. Langkah pertama mensucikan hati dengan bertobat. Tanpa bertobat orang tidak melakukan perjalanan. Tobat memperbaharui niat, memperbaharui jalan, bahkan telah memastikan tujuan yang sejati yakni Allah. 

Kedudukan tobat bagi maqam keruhanian digambarkan seperti kedudukan tanah bagi bangunan. Bagaimana mungkin kau bisa mendirikan bangunan tanpa tersedianya tanah? Begitu juga, bagaimana kau bisa meraih ketakwaan tanpa disertai tobat terlebih dahulu. Tobat tidak hanya dianjurkan bagi orang yang jauh dari Allah. Orang yang telah menggapai iman yang kokoh pada Allah masih tetap dianjurkan untuk bertobat pada Allah. Karena melalui tobat, seseorang akan mendulang kebahagiaan sejati dalam hidupnya.

Selain tobat, dilanjutkan dengan proses mujahadah yang ketat. Berbincang mujahadah, maka gambaran kita mengandung empat komposisi atau rukun mujahadah.

Pertama, melek. Agar kita bisa menggapai kebangunan ruhani, maka kita harus membiasakan terjaga. Perlahan-lahan mengurangi tidur. Mengapa harus mengurangi tidur? Tidur identik kebiasaan dengan benda mati. Benda mati itu tidak menyadari dirinya, juga tidak menyadari apa yang ada di luar dirinya. Seperti meja, ia tidak menyadari dirinya, juga tidak menyadari di luar dirinya. Karena itu, tidur, disebut, menyerupai kematian. Agar batin terjaga, maka kita mencoba bangun di tengah malam untuk tawajjuh pada Allah melalui shalat tahajud. 

Jika orang telah terhubung dalam cinta dengan Allah, maka dia akan senantiasa mendirikan tahajud dengan disertai kerinduan yang mendalam pada Allah. Tahajud menjadi salah satu amalan yang tak ditinggalkan di pondok pesantren. Seraya berharap hatinya dalam keadaan terjaga, terhindar dari kelalaian. Bukankah dengan keterjagaan batin, kita akan senantiasa terhubung dengan Allah. Dan konektivitas jiwa dengan Allah menjadi sumber ketenangan.

Kedua, luwe. Agar kita tidak tertimbun dan terbelenggu dengan kebiasaan tanaman atau pepohonan yang makan minum saja, maka kita kurangi makan minum dengan puasa. Ketika orang mengurangi makan-minum, maka perutnya akan mudah sekali dialiri cahaya Ilahi. Berpuasa bukan hanya sebatas membuat orang mendapatkan kesehatan secara fisik, bahkan ruhani pun akan sehat. Dengan mengurangi makan minum, manusia akan mulai menjaga jarak dengan kehidupan dunia. 

Setidaknya terlalu melekat dengan kehidupan dunia. Bukankah kecintaan pada dunia sebagai biang seseorang terdorong melakukan kesalahan? Jika cinta dunia telah menguap dari hati, maka cinta pada Allah akan memasuki hati kita. Dan tahukah siapa yang paling sering membuat kita kecewa? Yang sering membuat kita kecewa adalah sesuatu yang paling kita cintai. Iya, semua cinta berpeluang mengundang kekecewaan, kecuali cinta pada Allah dan Rasulullah Saw.

Ketiga, dewe. Kita sedang berada di dalam kegaduhan. Entah kegaduhan yang berasal dari luar. Kita menyadari setiap hari kita disuguhi peristiwa yang susul-menyusul tiada henti. Bukan hanya kebisingan yang berasal dari luar, tapi juga kebisingan di dalam tak kalah hebat hembusannya. Biasanya berasal dari banyaknya keinginan yang susul-menyusul. Biasanya setiap keinginan memancing kita untuk berpikir dan terus berpikir. Bahkan, kendati badan sudah tidur, pikiran itu seperti terus terbawa dalam mimpi. 

Karena itu, kita berusaha menekankan untuk menyendiri. Dalam kesendirian itu diisi dengan zikir dan tafakur. Karena melalui kedua aktivitas hati akan menjadi bersih, dan cahaya akan terbit. Tak jarang, ketika orang sedang tafakur, tiba-tiba didatangi pemikiran yang segar, menyentuh, dan memuaskan jiwa. Bahwa tanda orang telah diakui sebagai murid, ketika dia sudah senang menyendiri. Menyendiri agar jiwanya selalu terhubung dengan Allah melalui zikir dan tafakur. Tak jarang, seorang santri mendekam di kamar hanya untuk menyelesaikan bacaan buku. Sehingga memperkaya jiwanya. Kadang di antara mereka bersunyi-sunyi untuk menyelesaikan sebuah tulisan.

Menyendiri yang disertai dengan zikir dan uzlah akan memudahkan kita untuk menjaring makna, pemahaman mendalam, serta pencerahan dari setiap kenyataan yang tergelar di hadapan kita. Bukan hanya itu, setiap kenyataan yang hadir senantiasa kita nisbatkan pada Allah.

Keempat, meneng. Tidak banyak berkata kecuali jika benar-benar penting dan punya manfaat. Karena berbicara sia-sia hanya akan menguras cahaya dari dalam hati. Kita memastikan bahwa ucapan yang kita sampaikan mengandung zikrullah. Mengantarkan kita makin ingat pada Allah. Membiasakan diri diam akan mendatangkan cahaya hikmah ke dalam dada. “Apabila kau melihat seorang laki-laki sungguh datang dalam keadaan diam dan zuhud, maka dekatilah dia karena sesungguhnya dia dituangi hikmah”.

Mengapa kita diam? Diam sebagai cara untuk mengaktivasi zikir dan tafakur. Ketika kebiasaan zikir dan tafakkur telah mengisi keseharian kita, maka hati akan akan diisi dengan ilmu dan hikmah.

Suhbah

Suhbah lebih dekat dengan upaya pelayanan atau pengabdian yang tulus. Tanpa pamrih. Biasanya, di dalam tarekat, selain taklim, menjalani mujahadah dengan keras, seorang murid juga dianjurkan untuk berkhidmat. Berkhidmat pada siapa saja. Anda bisa berkhidmat pada sesama murid, berkhidmat kepada orang tua, juga berkhidmat pada guru. Khidmat bukan tujuan, tapi sebagai sarana untuk mengikis keakuan. Mengapa khidmat efektif menggerus keakuan? Karena khidmat menjadi upaya untuk membelakangi diri menghadap pada yang dilayani. Pada ujungnya, akan menyadari bahwa ketika kita melayani manusia sejatinya kita melayani Allah.

Dalam konteks taraket, kita dianjurkan berkhidmat pada guru. Dengan melayani guru dengan ikhlas tanpa pamrih, maka pada saatnya guru akan ridha pada Anda. Ketika guru ridha pada Anda, maka Anda tersambung dengan gurunya guru yang punya mata rantai sampai pada Rasulullah Saw. Ketika ridha guru Anda dapatkan, berarti Anda mendapatkan ridha Rasulullah. Jika telah menggapai ridha Rasulullah, maka Anda telah meraih ridha Allah Swt. Dengan ridha Allah Anda peroleh, maka kehidupan Anda dilimpahi keberkahan. Mungkin ilmu yang Anda dapatkan sedikit, tapi full impact bagi orang lain.

Dengan taklim, Anda bisa menyingkap kebodohan, sehingga Anda bisa menggapai selamat. Dengan tazkiyah, Anda bisa menyingkap kuasa hawa nafsu, sehingga terbit cinta dan Anda mendapatkan rahmat. Dengan suhbah, Anda bisa mengikis keakuan, dan Anda mendapatkan sekaligus berkah bagi kehidupan. Itulah tujuan inti yang didambakan dari kurikulum yang dikembangkan oleh pesantren. 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang