-->

The Power of Surrender

BLANTERLANDINGv101
7702235815698850174

The Power of Surrender

04 November 2025

The Power of Surrender

04 November 2025


Pada mulanya, kita berpikir bahwa tanpa dipikirkan, tanpa diikhtiarkan, tanpa dikerjakan, maka permasalahan akan berjalan di tempat. Tanpa jalan keluar. Kita terus berpikir, mencari terobosan, dan mengambil langkah-langkah kreatif untuk menciptakan perubahan. Manusia terus berproduksi untuk melejitkan peradaban yang lebih memikat, disertai kemudahan yang terus tersaji dengan sangat cepat. Hanya saja, semakin orang membiarkan kehidupannya dikawal oleh pikiran dan keinginan yang terus tumbuh menjulang, manusia bukan bertambah bahagia, malah seperti tersudut di ruang penderitaan yang tak bisa digambarkan. Kita seperti menemukan bangunan yang memukau, tetapi ternyata dibangun dengan fondasi yang lemah, sehingga suatu saat bisa saja menemui keruntuhan. Hanya diterpa sedikit saja masalah, langsung ambruk.

Kita menyadari bahwa kenyataan yang tergelar di hadapan kita tak semuanya sejalan dengan keinginan kita. Bahkan banyak sekali yang bertabrakan dengan keinginan. Jika kita “berseteru” atau berselisih dengan kenyataan, sungguh betapa sering kita membiarkan diri kita terus-menerus disakiti. Seperti halnya orang yang sedang berlayar dengan menggunakan perahu. Tiba-tiba ombak datang menerjang. Kalau, dia berusaha untuk menerjang ombak yang besar, bukan ombaknya yang kalah, melainkan dirinya akan terpental bahkan digulung, lalu ditenggelamkan ke dasar lautan. Tapi jika dia menyesuaikan diri, menghindar dari dari lamunan ombak tersebut, mencari sisi yang aman dari terjangan, maka insya Allah dia akan selamat.

Sejak awal, kita harus memiliki fondasi keyakinan bahwa kehidupan yang kita jalani sama sekali bukan pilihan kita, melainkan pilihan Allah. Renungilah hal yang mendasar dan sederhana, terkait hidup dan mati. Hidup tak pernah kita pesan sebelumnya. Kematian pun tidak bisa kita order. Keduanya, sepenuhnya berada dalam genggaman takdir Allah. Kita tak bisa memilih.

Meski kita sadar bahwa hidup bukan pesanan, namun masih banyak manusia yang berpikir bahwa kehidupan ini adalah pilihan manusia. Berada dalam kendala dan kontrolnya. Apakah kita hidup dalam keadaan sengsara atau bahagia, lalu berpikir itu pilihan kita. Jika kehidupan yang kita jalani adalah pilihan kita, apakah orang yang terjebak dalam perbuatan kriminal adalah pilihan tanpa paksaan baginya? Jika mereka disuguhi pilihan, apakah mereka ingin hidup menjadi orang baik dan Anda akan mereguk bahagia, atau mereka akan menjadi orang jahat lalu akan menikmati penderitaan? Jika kedua pilihan ini ditawarkan, tentu orang akan memilih perkara yang membuatnya bahagia. 

Namun, banyak diantara mereka sudah mengetahui bahwa perbuatan yang dijalani akan membuahkan penderitaan dalam hidupnya, namun mengapa mereka masih tetap saja menerjang batas-batas yang Allah tetapkan? Bahkan tanpa hadirnya agama, fitrah manusia cukup dijadikan kompas untuk menetapkan yang baik dan yang buruk. Bayangkan, tanpa harus merujuk pada agama, orang yang mencuri sudah pasti dianggap buruk. Sementara orang yang suka berbagi dianggap baik.

Saya sangat terkesima dengan ayat berikut :

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihkan. Tidak ada bagi mereka pilihan. Maha Suci dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan”. (QS. Al-Qasas: 68).  

Kita kadang dipertontonkan oleh kondisi yang membuat kita tak ada celah untuk sombong. Bagaimana ada sosok yang dulunya telah mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan, sehingga datang suatu keadaan yang membuatnya berubah secara drastis. Dia meninggalkan segala bentuk amal kebaikan, lalu harus membiarkan tercengkeram dalam perbuatan buruk. Kalau mau jujur terhadap dirinya sendiri, tetap dia ingin selalu berada dalam zona kebaikan, karena disana kebahagiaan bertumbuh.

Kita pun sering disuguhi kenyataan sebaliknya. Sosok yang hari-harinya dilewati dengan berbuat jahat seolah tak ada kebaikan yang memancar darinya, sehingga datanglah sebuah kenyataan yang membuatnya mengalami titik balik. Bertobat pada Allah. Dia hijrah, meninggalkan segala keburukan, lalu menggantinya dengan amal-amal kebaikan. Dia bukan hanya sebatas bertobat, tetapi bahkan menginspirasi orang lain untuk bertobat pada Allah.

Setelah mendapatkan gambaran tersebut, kita hanya berusaha menjadi orang yang berserah diri pada Allah. Tidak boleh sedikit pun meletup rasa sombong dari hati kita. Karena semua apa yang kita capai bukan karena usaha dan daya kita, melainkan karena pertolongan Allah Swt. Ketika kita merasa itu sebagai pertolongan Allah, maka kita akan selalu bergelayut pada Allah, tanpa mau melepaskan sedikit pun. 

Ketika kita bersandar atau berserah diri pada Allah, berarti kita mau berada dalam pengaturan Allah. Sebaliknya, ketika lepas kebersandaran kita pada Allah, berarti kita memilih hidup diatur oleh diri kita sendiri. Sadarilah, urusan kita sangat banyak, sementara kemampuan kita sangat terbatas. Jika kita mengurus sendiri seluruh urusan kita, tanpa melibatkan Allah sama sekali, maka hidup kita akan mudah lelah, bahkan lumpuh. Sebaliknya, ketika kita bersandar pada Allah, kita akan mendapatkan energi kekuatan yang berasal dari Allah, sehingga kita terus diberi kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Makin kesini, meski telah dipenuhi berbagai kemudahan, manusia semakin terlihat sibuk. Tentu saja, bukan hanya fisiknya yang terlihat sibuk, pikirannya sangat sibuk dengan berbagai rencana dan keinginan yang terus membludak. Seolah tak ada waktu untuk rehat. Bayangkan, masalah terus datang bertubi-tubi, tapi kapasitas manusia makin menyusut. Jika Anda bergantung pada diri sendiri, maka Anda diyakini akan mengalami tekanan yang besar, jatuh stress, bahkan kemudian mengendap menjadi depresi yang sangat mengkhawatirkan.

Karena itu, kita perlu berlatih untuk bisa menyerahkan urusan pada Allah. Tanpa dilatih rasanya sulit kita menyerahkan urusan pada Allah. Seperti seorang bos yang memiliki target yang luar biasa. Dia mengetahui dengan detail persoalan dari A sampai Z. Dengan rencana besar tersebut, dia belum bisa mendelegasikan rencana pada anak buahnya, karena dia tidak percaya dengan kemampuan mereka. Akhirnya, dia lakukan semua sendirian. Apa yang terjadi? Tentu saja dia akan terus diberondong rasa capek.

Berbeda halnya, kalau dia bisa mempercayakan dan mendelegasikan kerjanya pada orang lain, maka tentu saja dia akan terasa ringan. Jika sudah meningkat pada cinta pada Allah, maka Anda akan menyerahkan urusan Anda pada Allah. Dan Allah sesuai dengan keyakinan Anda tentang-Nya. Kalau Anda punya keyakinan bahwa dia akan menyelesaikan dengan tuntas persoalan yang Anda hadapi, maka Anda akan mendapatkan pertolongan dari Allah untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Proses Berserah Diri

Tentu saja Anda tidak bisa langsung menjadi pribadi yang berserah diri. Anda harus melewati level demi level untuk kemudian sampai pada maqam berserah diri pada Allah. Pertama, ketika iman telah memasuki hati, yakni mendapatkan pancaran cahaya islam, maka Anda akan menjadi orang yang mudah tawakkal pada Allah, alias menyerahkan satu urusan kepada Allah. Bukankah tanda iman telah memasuki hati manusia, dia akan terbawa untuk tawakkal pada Allah? Ketika seseorang telah tawakkal pada Allah, maka kemustahilan akan bisa ditembus. Bukankah ketika orang tawakkal, maka Allah akan mencukupinya?

Kedua, ketika orang telah menggapai level mukmin. Jiwa ridha telah tumbuh dari hatinya, maka dia menyerahkan seluruh urusan dunia dan akhirat pada Allah. Para ulama tasawuf menyebutnya tafwidh. Ketika orang telah menyerahkan urusan dunia akhirat pada Allah, maka dia telah merasakan aman. Tak lagi disusupi kekhawatiran terkait masa depan. Tentu saja, dia telah berjalan sesuai dengan perintah Allah Swt. Meskipun dia senantiasa berpegang teguh pada perintah Allah, dia sama sekali tidak menggantungkan hidup pada usahanya. Kebergantungan total dia arahkan pada Allah semata.

Ketika hati seseorang telah diliputi tafwidh, maka dia selalu berada dalam keadaan ridha dalam setiap saat. Jiwanya selalu berada dalam kondisi plong, dan mengalir dengan kenyataan yang sedang dialami. Tidak resisten atau berselisih sedikit pun dengan segala ketetapan Allah, karena menyadari semua apa yang sedang dan akan terjadi telah sempurna. Mengapa sempurna? Karena mengalir dari Yang Maha Sempurna. Adakah yang perlu kita keluhkan dari perkara yang kita anggap sempurna? Tentu saja, semuanya memuaskan. Bikin jiwa plong.  

Ketiga, menggapai level muhsin. Dia telah mendapatkan kehidupannya diperkaya dengan rasa syukur. Sosok ini tidak hanya menyerahkan satu urusan, atau menyerahkan semua urusan dunia dan akhirat, tapi dia sudah sampai pada level menyerahkan dirinya pada Allah. Karena dia sadar sebagai milik Allah. Hanya pemilik yang berhak mengatur dan menetapkan keadaan dirinya.

Dia tak hanya melihat kenyataan itu meluncur dari Allah Yang Maha Sempurna lagi Maha Baik. Dia telah berhasil melihat bahwa dibalik setiap kenyataan yang mendatanginya adalah bentuk kehadiran Allah Swt. Dia tak lagi tertuju pada nikmat dan musibah yang datang silih berganti. Juga tidak fokus pada sifat-sifat dari yang Zat yang meluncurkan dua kenyataan tersebut. Perhatiannya tertuju pada Dia. Pada kehadiran-Nya. Bukankah setiap pencinta hanya merindukan kehadiran yang dicintai? Jika sepanjang dia memandang hanya sebagai kehadiran-Nya, maka tentu saja kebahagiaan bahkan kepuasan senantiasa memenuhi relung hati kita.

Ketika orang telah berserah diri, maka semua beban berat yang mencengkeram dirinya akan terangkat. Jiwanya akan selalu berada dalam kondisi bahagia tanpa jeda. Dia telah berada dalam keadaan hati yang senantiasa terhubung dengan Allah.

Sikap berserah diri pada Allah bersumber dari cinta yang amat dalam pada-Nya. Seorang istri, misalnya, mau menyerahkan diri pada sang suami karena didasari cinta yang sangat dalam. Hanya perumpamaan, bahwa selagi Anda belum benar-benar mencintai Allah, maka tentu berserah diri itu terasa sulit. Namun, ketika kau telah mencintai-Nya tanpa syarat, berserah diri akan menjadi kenyataan. Dikala orang telah sampai pada sikap ini, maka kepuasan batin akan memenuhi jiwa.  

 

BLANTERLANDINGv101

Berlangganan Gratis

Suka dengan artikel-artikel diblog ini dan merasa mendapatkan manfaat? Bisa isi form di bawah ini.
Isi Form Berlangganan
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang